Selasa, 28 Juli 2009

Kekasih Standard vs Kekasih Sejati

Kekasih standard selalu ingat senyum di wajahmu... Kekasih sejati juga mengingat wajahmu waktu sedih... Kekasih standard akan membawamu makan makanan yang enak-enak... Kekasih sejati akan mempersiapkan makanan yang kamu suka... Kekasih standard setiap detik selalu menunggu telpon dari kamu... Kekasih sejati setiap detik selalu teringat ingin menelponmu... Kekasih standart selalu mendoakan mu kebahagiaan... Kekasih sejati selalu berusaha memberimu kebahagiaan...

Kekasih standard mengharapkan kamu berubah demi dia... Kekasih sejati mengharapkan dia bisa berubah untuk kamu... Kekasih standard paling sebal kamu menelpon waktu dia tidur... Kekasih sejati akan menanyakan kenapa sekarang kamu baru telpon...? Kekasih standard akan mencarimu untuk membahas kesulitanmu... Kekasih sejati akan mencarimu untuk memecahkan kesulitanmu... Kekasih standard selalu bertanya mengapa kamu selalu membuatnya sedih...? Kekasih sejati akan selalu mananyakan diri sendiri mengapa membuat kamu sedih...? Kekasih standard selalu memikirkan penyebab perpisahan... Kekasih sejati memecahkan penyebab perpisahan... Kekasih standard bisa melihat semua yang telah dia korbankan untukmu... Kekasih sejati bisa melihat semua yang telah kamu korbankan untuknya... Kekasih standard berpikir bahwa pertengkaran adalah akhir dari segalanya... Kekasih sejati berpikir, jika tidak pernah bertengkar tidak bisa disebut cinta sejati... Kekasih standard selalu ingin kamu disampingnya menemaninya selamanya... Kekasih sejati selalu berharap selamanya bisa disampingmu menemanimu...

Feminisme koq..salah kaprah?

Feminisme rasanya tidak asing lagi di telinga kita. Adalah gerakan yang diawali oleh persepsi tentang ketimpangan posisi keperempuanan. Kartini -pahlawan Indonesia-red- biasa menyebutnya dengan Emansipasi. Pada awalnya feminisme bangkit untuk membela para wanita dari ketertindasan serta menuntut penyerataan hak perempuan dan laki-laki dalam segala bidang. Tapi kemudian Feminisme, yang semula lahir sebagai gerakan yang membela kaum wanita dalam meningkatkan harga diri wanita yang ingin dinilai sesuai dengan potensinya sebagai manusia tanpa harus memandang gender, kemudian mulai disalahartikan. Ingin menaikan harga diri tapi malah menjatuhkan (harga) diri sendiri.

Sedikit cerita, di Austria kesalahpahaman mengenai arti kata “Feminisme”, membuat bocah 14 tahun mau bertukar pasangan 3 kali dalam sehari. Ketika ditanya alasannya, kemudian ia menerangkan “Boys can do it, then why we can`t…saya merasa bangga bisa menaklukan 3 orang cowok dalam sehari. Dan diantara mereka tidak perlu ada yang tahu satu dengan lainnya. Itu kan yang biasa dilakukan pria, seenaknya berganti-ganti pasangan, kemudian menyakiti para gadis”. Di belahan negara lainnya, seorang wanita menuntut persamaan toilet, karena wanita diyakini juga dapat (maaf) kencing berdiri seperti halnya pria. Saya juga pernah mendengar adanya gerakan “Feminisme bertelanjang dada” dan “gerakan pembakaran BH”. Feminisme kemudian disalahartikan oleh kaum wanita itu sendiri. Banyak wanita yang menjadi korban salah kaprah ini. Ironis sekali, Feminisme yang terlahir sebagai cita-cita mulia para wanita pendahulu, kemudian berubah menjadi kemerosotan harga diri seorang wanita, yang lucunya - namun juga menyedihkan – si wanita itu sendiri tidak menyadarinya. Menyadari bahwa ia telah menjatuhkan harga dirinya. Di Indonesia sendiri? Virginitas bagi wanita Indonesia(tidak semuanya), sekarang bukanlah suatu hal yang patut dipertahankan lagi. Saya pernah bertanya pada seorang teman -wanita juga-red- , apa yang menyebabkan wanita tak perlu lagi mempertahankan ke-virgin-annya, ia menjawab “Kalau pria saja bisa mengobral ke-virgin-annya(keperjakaan), mengapa kita harus menjaganya? Saat kita mulai menjalani hubungan itu(pacaran), kita gak pernah tau apakah dia masih(perjaka) atau gak. Lagian bukan suatu hal yang aneh lagi jika di zaman sekarang ini banyak cewek yang gak virgin lagi”. Benarkah jawaban atas semua itu adalah zaman semata? Kerancuan anggapan mengenai “Feminisme” inilah yang perlu dibenahi.Anggapan yang kemudian menggeser tradisi dan budaya yang kita banggakan dengan budaya kiriman yang baru (Western). Hal lain! Menurut pengamatan yang saya lakukan, rupanya di Indonesia, Bandung khususnya, rokok menjadi komoditas utama yang digemari wanita-wanita zaman sekarang, selain pakaian dan cemilan. Menurut sebagian diantaranya, rokok lebih bisa menenangkan pikiran, dibandingkan shopping&ngemil –ada sebagian wanita yang lari dari permasalahan dengan cara-cara ini-red. Dan alasan lainnya, tentu saja “cowok juga ngerokok kok… kenapa kita-kita gak boleh??” Padahal tidak perlu di jelaskan lagi, semua yang saya jabarkan di atas (termasuk rokok), tak lain akan merugikan kaum wanita itu sendiri. Sebodoh itukah wanita-wanita sekarang? “Feminisme”(radikal) telah menutup mata hati mereka untuk melihat kerugian yang mereka alami. Sebodoh itukah? Padahal banyak diantara mereka yang mengeyam pendidikan dan pengajaran. Bukan saatnya kita berdebat apakah karena saking bodohnya mereka atau saking pintarnya. Saatnya sekarang wanita-wanita bangkit memperjuangkan Feminisme yang sebenarnya. Bagi wanita-wanita yang sudah telanjur pada kesalahan yang tidak ‘disengaja’ tadi, bangkitlah dari keterpurukan. Bagi wanita-wanita yang mampu melihat fenomena ini, bantulah untuk bangkit. Kita harus benar-benar bersatu. O ya! Bagaimana kalau saya ajak anda-anda berpikir sebaliknya? Kalau selama ini wanita selalu saja dituntut untuk menjaga budaya ketimuran (yang semula dirasa menguntungkan kaum pria), hingga akhirnya muncul yang namanya “Feminisme”yang kemudian disalah-artikan, dan menyebabkan serba salah. Bagaimana kalau sekarang kita yang menuntut mereka-kaum pria-red- untuk tidak hanya menuntut keperawanan, tapi mereka juga harus menjaganya (keperjakaan) juga. Kita sudah terlalu sering mengikuti mereka, bahkan membuat mereka menjadi satu acuan kesetaraan. Bagaimana kalau sekarang, mereka mengikuti kita? Harus dimengerti memang, kalau wanita perawan sekarang sangat jarang ditemui. Oleh karena itu pria sebaiknya tak usah mempermasalahkan Virginitas wanita(biarkan kaum wanita itu sendiri yang mempermasalahkan dan mencari solusi bagi dirinya). Pria sebaiknya lebih menghargai wanita, baik ia virgin (apalagi) atau tidak virgin (apa boleh buat). Toh selama ini wanita selalu menghargai pria tanpa memandang Virgin atau tidaknya. Dan sekali lagi, jangan hanya menuntut wanita untuk menjaga kaidah-kaidah ketimuran. Pria juga wajib menjaga dong (pahala), sebagaimana kaidah-kaidah keagamaan. Selama ini wanita dituntut untuk lebih mengerti dan mau menjaga. Pria? Rasanya tidak ada tuntut yang seperti itu dalam hal ini. Mengenai rokok? Katakan saja ”Ngertilah....hari gini gitu loh..(zaman sekarang). Kalian-pria-red- juga jangan ngerokok dong.. jangan cuma bisa ngelarang doang”. Kenapa saya katakan zaman sekarang? Zaman yang udah berubah mau gak mau harus kita terima sementara, sebelum kita benar-benar mengubahnya. Bagaimana? Siap untuk merubahnya wanita-wanita? Memperjuangkan hak-hak wanita yang sebenarnya? Anda yang tahu jawabannya. Anda juga yang lebih tahu caranya. Oleh : Oleh: Riski Rani Putri, Hj.

Tentara Masa Depan untuk Medan Perang Digital

Impian Amerika Serikat untuk mewujudkan tentara masa depan menuju kenyataan. Sebuah perusahaan pertahanan, General Dinamycs kini sedang mengembangkan sebuah seragam perang berkabel untuk para tentara. Proyek senilai US$3 milyar ini, akan menghasilkan seragam perang yang menghubungkan tentara dengan tank, dan drone (peralatan perang yang dapat dikendalikan dari jauh, berfungsi untuk memata-matai) dalam sebuah jaringan.

The Straits Times, Senin (16/6/2003) memberitakan, proyek seragam berkabel yang akan dikembangkan oleh General Dynamics adalah perwujudan gambaran tentang tentara masa depan. Seragam ini akan dilengkapi dengan kemampuan memonitor detak jantung dan laju pernafasan. Tidak ketinggalan juga, ada helm yang dapat menangkap rekaman video secara real-time dari beberapa drone. Angkatan Bersenjata Amerika Serikat mengharapkan agar rancangan seragam perang ini selesai dibuat pada tahun 2006. Unit pertamanya diharapkan bisa dicoba pada tahun 2010 nanti. Harga masing-masing seragam diperkirakan berkisar dari US$10.000 sampai US$ 30.000. Pembuatan seragam baru ini merupakan bagian dari usaha untuk memodernisasi angkatan bersenjata, untuk bertempur di medan tempur digital dimana para tentara, tank, dan drone dihubungkan pada suatu jaringan umum. Tentara akan menggunakan baju dalaman yang dihubungkan dengan sensor-sensor tubuh dan dapat menerima video dari drone untuk melacak gerakan musuh. "Proses transformasi angkatan bersenjata ini merupakan usaha penting untuk mewujudkan jaringan yang menghubungkan tentara dengan sistem persenjataan, kendaraan, dan pesawat udara, untuk mewujudkan tim tempur yang kohesif dan terintegrasi yang memiliki kekuatan dalam aksi tempurnya," kata Letnan Jenderal John Riggs, yang mengetuai usaha modernisasi angkatan bersenjata. Seorang tentara menjelaskan bahwa pada seragam perang ini, helm memiliki fungsi tambahan. Tidak hanya untuk melindungi, helm ini dilengkapi sebuah kamera, antena GPS (Global Positioning System), dan mikropon dan alat penerima. "Program ini akan memungkinkan tentara untuk melakukan pengawasan pada ancaman-ancaman tak terduga ," ujar MR Scott Myers, wakil presiden unti Eagle Enterprise dari General Dynamics. Program ini juga akan mengurangi 50 persen (22,5 kg) beban persenjataan yang harus dibawa oleh para tentara. Sebuah kendaraan bernama 'mule' berfungsi sebagai pembawa bahan makanan dan amunisi, ungkap Dutch DeGay, teknisi untuk program seragam berkabel ini. Namun, program ini memunculkan pertanyaan tentang operabilitasnya di medan tempur. Dan kekhawatiran muncul dari kalangan industri, kalau-kalau teknologi canggih ini membahayakan pasukan.

Senin, 27 Juli 2009

Al-Qur'an.adalah pengharum abadi

Pernahkah anda mendengar atau membaca sebuah kisah tentang kuburan Abdullah bin ghalib yang berbau wangi???jika diantara anda sudah ada yang pernah mendengar atau membaca maka disini saya hanya ingin mengingatkan kembali tentang kisah tersebut. Seandainya diantara anda masih ada yang belum pernah sama sekali mendengar atau membaca kisah ini maka disini saya akan menuliskan kembali kisah tersebut sebagai suatu pengetahuan yang bisa dipetik hikmah dan pesannya untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sebagai seorang yang beriman dan bertakwa.

Mungkin diantara anda ada yang pernah mengenal nama “Abdullah bin Ghalib” atau diantara anda masih merasa asing mendengar nama tersebut. Tahukah anda bahwa Abdullah bin Ghalib adalah salah satu dari hamba Allah SWT yang diberi anugerah, yaitu banyak membaca Al-Qur’an dan berpuasa. Dengan banyak membaca Al-Qur’an dan berpuasa, ternyata ketika beliau meninggal dunia pada tahun 152 H dan dikuburkan, menyeruaklah dari kuburannya harum minyak wangi kesturi. Suatu hari salah satu sahabat beliau bermimpi bertemu dengan beliau dan bertanya, “Wahai Abdullah, apa yang engkau lakukan?” “Aku melakukan yang terbaik, “ jawab beliau. “Kemana engkau pergi?” Tanya sahabat beliau. “Ke surga,” jawab beliau. “Dengan apa engkau bisa masuk surga?” Tanya sahabat beliau lagi. “Dengan keyakinan yang amat baik, terus-menerus bertahajud, banyak berpuasa sunnah, dan menjauhi apa yang diharamkan,” jawab beliau. “Harum wangi apa yang terdapat dalam kuburanmu?” Tanya sahabat beliau. “Itu adalah wanginya bacaan Al-Qur’an dan banyaknya puasa sunnah,” jawab beliau. “Wasiatkanlah kami, wahai Abdullah,” “Berbuatlah yang terbaik buat dirimu. Janganlah berlalu siang dan malam dengan sia-sia,” pesan beliau. Dari kisah tersebut, dapat kita ambil sebuah pelajaran yang sangat berharga untuk kehidupan kita dunia-akhirat terutama untuk kehidupan akhirat kelak. Kunci utama untuk membuka pintu surga sehingga kita bisa masuk kedalamnya adalah dengan kita memiliki keyakinan yang amat baik, sholat tahajud secara terus-menerus, melakukan banyak berpuasa sunnah dan selalu menjauhi apa yang diharamkan oleh Allah SWT. Semua itu merupakan kunci untuk masuk kedalam surga-Nya. Jika kita ingin tempat tinggal kita yang abadi (kuburan) selalu berbau wangi maka banyak-banyaklah membaca Al-Qur’an kapanpun dan dimanapun. Selain itu, banyaklah berpuasa sunnah. Untuk itu, selagi kita masih diberi kesempatan untuk berbuat yang terbaik dalam kehidupan kita. Maka berbuatlah yang terbaik untuk dirimu sendiri, janganlah berlalu siang dan malam dengan sia-sia agar selamat di dunia dan akhirat sehingga kita dapat memasuki surga yang telah Allah SWT janjikan bagi orang-orang yang beriman dan bertakwa.

Minggu, 26 Juli 2009

Ibu yang anaknya di culik itu

Ibu terkulai di kursi seperti orang mati. Pintu, jendela, televisi, telepon, perabotan, buku, cangkir teh, dan lain-lain masih seperti dulu—tetapi waktu telah berlalu sepuluh tahun. Tinggal Ibu kini di ruang keluarga itu, masih terkulai seperti sepuluh tahun yang lalu. Rambut, wajah, dan busananya bagai menunjuk keberadaan waktu. Telepon berdering. Ibu tersentak bangun dan langsung menyambar telepon. Diangkatnya ke telinga. Ternyata yang berbunyi telepon genggam. Ketika disambarnya pula, deringnya sudah berhenti. Ibu bergumam.

”Hmmh. Ibu Saleha, ibunya Saras yang dulu jadi pacar Satria. Sekarang apapun yang terjadi dengan Saras dibicarakannya sama aku, seperti Saras itu punya dua ibu. Dulu almarhum Bapak suka sinis sama Ibu Saleha, karena seperti memberi tanda kalau Saras itu tentunya tidak bisa terus menerus menunggu Satria. ’Orang hilang diculik kok tidak mendapat simpati,’ kata Bapak. Kenyataannya selama sepuluh tahun Saras tidak pernah bisa pacaran sama siapapun. ’Saya selalu teringat Satria, Ibu, saya tidak bisa’,” katanya. ”Tapi inilah soal yang pernah kubicarakan sama Si Saras. ’Kuhargai cintamu yang besar kepada Satria, sehingga kamu selalu terlibat urusan orang-orang hilang ini,’ kataku, ’tapi cinta adalah soal kata hati, Saras, karena kalau terlalu banyak alasan dan perhitungan dalam percintaan, nanti tidak ada tempat untuk hati lagi…’ Ah, Saras, memang rasanya ia seperti anakku juga. Semenjak Bapak meninggal setahun yang lalu, rasanya semakin peduli dia kepada rumah ini, membantu aku membereskan kamar Satria, seperti tahu betul rasa kehilanganku setelah ditinggal Bapak…” Ibu sudah sampai ke kursi tempatnya duduk tadi, dan duduk lagi di situ. Ibu terdiam, melihat ke kursi tempat Bapak biasanya duduk. Lantas melihat ke sekeliling. ”Bapak… Kursi itu, meja itu, lukisan itu, ruangan ini, ruang dan waktu yang seperti ini, kok semuanya mengingatkan kembali kepada Bapak. Seperti ini juga keadaannya, bahkan aku masih ingat juga pakai daster ini ketika kami berbicara tentang hilangnya Satria. Waktu itu sudah setahun Satria tidak kembali, dan kami masih seperti orang menunggu. Aku waktu itu masih percaya Satria suatu hari akan kembali… Kenapa harus tidak percaya, kalau memang tidak pernah kulihat sesuatu yang membuktikan betapa Satria tidak akan kembali… Apa salahnya punya harapan… Hidup begitu singkat, apa jadinya kalau harapan saja kita tidak punya… ”Jadi dalam setahun itu harapanlah yang membuatku bertahan hidup. Harapan bahwa pada suatu hari Satria pasti pulang kembali… Berharap dan menunggu. Berharap dan menunggu. Berharap dan menunggu. Tapi Bapak memaksa aku untuk percaya bahwa Satria sudah pergi. ’Satria sudah mati,’ katanya!” Ia menggigit bibir, berusaha sangat amat keras untuk menahan tangis. ”Tidak! Aku tidak mau percaya itu! Meski dalam hatiku sudah terlalu sering kuingkari diriku, bahwa kemungkinan besar Satria mestinya sudah mati.” Ibu memandang ke arah kursi Bapak. ”Pak, Bapak, kenapa kamu hancurkan semua harapanku? ’Kita harus menerima kenyataan,’ katamu. Nanti dulu, Pak. Menerima? Menerima? Baik. Aku terima Satria sudah mati sekarang. Tapi aku tidak terima kalau Satria itu boleh diculik, dianiaya, dan akhirnya dibunuh.” Perempuan dengan rambut kelabu itu tampak kuat kembali. ”Bapak sendiri yang bilang, ada teman Satria yang dibebaskan bercerita: Sebelum dilepas tutup matanya dibuka. Di hadapannya, orang-orang yang menculiknya itu menggelar foto-foto di atas meja. Itulah foto-foto keluarga teman Satria yang diculik. Foto orangtuanya, foto saudara-saudaranya. Lantas orang-orang itu berkata, ’Kami tahu siapa saja keluarga Saudara.’ ”Huh! Saudara! Mana mungkin manusia bersaudara dengan monyet-monyet! Apalagi maksudnya kalau bukan mengancam kan? Bapak bilang teman Satria ini juga bercerita, suatu hari salah seorang yang waktu itu mengancam terlihat sedang memandangi dirinya waktu dia baru naik bis kota. Ini apa maksudnya Pak? Supaya teman Satria itu tidak boleh bercerita tentang perbuatan mereka? Teror kelas kambing maksudnya? Apakah ini semua boleh kita terima begitu saja?” Saat Ibu menghela nafas, ruangan itu bagaikan mendadak sunyi. ”Sudah sepuluh tahun. Satria sudah mati. Bapak sudah mati. Munir juga sudah mati.” Dipandangnya kursi Bapak lagi. Sebuah kursi kayu dengan bantalan jalinan rotan. Jalinan yang sudah lepas dan ujungnya menceruat di sana-sini. ”Apa Bapak ketemu sama Satria di sana? Enak bener Bapak ya? Meninggalkan aku sunyi sendiri di sini. Apa Bapak dan Satria tertawa-tawa di atas sana melihat aku membereskan kamar Satria, menata gelas dan piring, sekarang untuk kalian berdua, setiap waktu makan tiba, padahal aku selalu makan sendirian saja. Memang aku tahu Bapak dan Satria tidak ada lagi di muka bumi ini, tapi apa salahnya aku menganggap kalian berdua ada di dalam hatiku? Apakah kalian berdua selalu menertawakan aku dan menganggapku konyol kalau berpikiran seperti itu?” Sejenak Ibu terdiam, hanya untuk menyambungnya dengan suara bergetar. ”Kadang-kadang aku bermimpi tentang kalian berdua, tetapi kalau terbangun, aku masih juga terkenang-kenang kalian berdua, dengan begitu nyata seolah-olah kalian tidak pernah mati. Impian, kenangan, kenyataan sehari-hari tidak bisa kupisahkan lagi. Jiwa terasa memberat, tapi tubuh serasa melayang-layang…” Lantas nada ucapannya berubah sama sekali, seperti Ibu berada di dunia yang lain. ”…. jauh, jauh, ke langit, mengembara dalam kekelaman semesta, bagaikan jiwa dan tubuh telah terpisah, meski setiap kali tersadar tubuh yang melayang terjerembab, menyatu dengan jiwa terluka, luka sayatan yang panjang dan dalam, seperti palung terpanjang dan terdalam, o palung-palung luka setiap jiwa, palung tanpa dasar yang dalam kekelamannya membara, membara dan menyala-nyala, berkobar menantikan saat membakar dunia…” Ibu mendadak berhenti bicara, berbisik tertahan, memegang kepalanya, menutupi wajahnya. ”Ah! Ya ampun! Jauhkan aku dari dendam!” Namun ia segera melepaskan tangannya. ”Tapi…. bagaimana mungkin aku merasa perlu melupakan semuanya, jika kemarahanku belum juga hilang atas perilaku kurangajar semacam itu.” Nada bicaranya menjadi dingin. ”Menculik anak orang dan membunuhnya. Apakah setiap orang harus kehilangan anggota keluarganya sendiri lebih dulu supaya bisa sama marahnya seperti aku?” Hanya Ibu sendiri di ruangan itu, tetapi Ibu bagaikan merasa banyak orang menontonnya, meski semakin disadarinya betapa ia sungguh-sungguh sendiri. ”Bapak… aku yakin dia ada di sana, karena kusaksikan bagaimana dia dengan tenang meninggalkan dunia yang fana; tetapi aku tidak bisa mendapatkan keyakinan yang sama jika teringat kepada Satria. Memang akalku tidak bisa berpikir lain sekarang, bahwa Satria tentu sudah tidak ada. Tetapi Ibu mana yang kehilangan anak tanpa kejelasan bisa tenang dan bahagia hanya dengan akalnya, tanpa membawa-bawa perasaannya? Bagaimana perasaanku bisa membuatku yakin, jika Satria pada suatu hari memang hilang begitu saja? Ya, begitu saja… Bahkan orang mati saja masih bisa kita lihat jenazahnya!” Seperti masih ada yang disebutnya Bapak di kursi itu, tempat seolah-olah ada seseorang diajaknya bicara. ”Pak, Bapak, apakah Bapak melihat Satria di sana Pak? Apakah Bapak ketemu Satria? Apa cerita dia kepada Bapak? Apakah sekarang Bapak sudah tahu semuanya? Apakah Bapak sekarang sudah mendapat jawaban atas semua pertanyaan-pertanyaan kita?” Namun Ibu segera menoleh ke arah lain. ”Ah! Bapak! Dia sudah tahu semuanya! Tapi aku? Aku tentunya juga harus mati lebih dulu kalau ingin tahu semuanya! Tapi aku masih hidup, dan aku masih tidak tahu apa-apa. Hanya bertanya-tanya. Mencoba menjawab sendiri. Lantas bertanya-tanya lagi. Dulu aku bisa bertanya jawab dengan Bapak. Sekarang aku bertanya jawab sendiri…. ”Tapi apa iya aku sendiri? Apa iya aku masih harus merasa sendiri jika begitu banyak orang yang juga kehilangan? Waktu itu, ya waktu yang seperti takpernah dan takperlu berlalu itu, bukankah ratusan ribu orang juga hilang seketika?” Terdengar dentang jam tua. Tidak jelas jam berapa, tetapi malam bagaikan lebih malam dari malam. Ibu masih berbicara sendiri, dan hanya didengarnya sendiri. ”Bapak, kadang aku seperti melihatnya di sana, di kursi itu, membaca koran, menonton televisi, memberi komentar tentang situasi negeri. Seperti masih selalu duduk di situ Bapak itu, pakai kaos oblong dan sarung, menyeruput teh panas, makan pisang goreng yang disediakan Si Mbok, lantas ngomong tentang dunia. Tapi Si Mbok juga sudah meninggal, menyusul Bapak, menyusul teman-temannya pemain ludruk yang semuanya terbantai dan mayat-mayatnya mengambang di Kali Madiun… ”Sebetulnya memang tidak pernah Bapak itu membicarakan Satria, malah seperti lupa, sampai setahun lamanya, sebelum akhirnya mendadak keluar semua ingatannya pada suatu malam entah karena apa. ”Sudah sepuluh tahun, banyak yang sudah berubah, banyak juga yang tidak pernah berubah.” Di luar rumah, tukang bakmi tek-tek yang dulu-dulu juga, tukang bakmi langganan Satria, lewat. Ibu tampak mengenali, tapi tidak memanggilnya. ”Bagiku Satria masih selalu ada. Tidak pernah ketemu lagi memang. Tapi selalu ada. Memang lain sekali Satria dengan kakak-kakaknya. Dua-duanya tidak mau pulang lagi dari luar negeri, datang menengok cuma hari Lebaran. Yang sulung Si Bowo jadi pialang saham, satunya lagi Si Yanti jadi kurator galeri lukisan, kata Bapak dua-duanya pekerjaan ngibulin orang. ’Ya enggaklah kalau ngibul,’ kataku, ’apa semua orang harus ikut aliran kebatinan seperti Bapak?’. Biasanya Bapak ya cuma cengengesan. Dasar Bapak. Ada saja yang dia omongin itu. ”Aku sendiri rasanya juga sudah mulai pelupa sekarang. Susah rasanya mengingat-ingat apapun. Belakangan sebelum meninggal Bapak juga mulai pikun. Lupa ini-itu. Kacamata terpasang saja dicarinya ke mana-mana…” Ibu tersenyum geli sendiri. ”Tapi ia tidak pernah lupa tentang Satria. Ia selalu bertanya, ’Seperti apa Satria kalau masih hidup sekarang?’, atau ’Sedang apa ya Satria di sana?’, atau kadang-kadang keluar amarahnya: ’Para penculik itu pengecut semuanya! Tidak punya nyali berterus terang! Bisanya membunuh orang sipil tidak bersenjata, sembunyi-sembunyi pula!’ Wajah Ibu kini tampak sendu sekali. Bahkan tokek untuk sementara tidak berani berbunyi. ”Bapak, kenapa kamu tidak pernah muncul dalam mimpiku untuk bercerita tentang Satria? Pasti Satria menceritakan semua hal yang tidak diketahui selama ini, bagaimana dia diperlakukan, dan apa sebenarnya yang telah terjadi. ”Kenapa kamu tidak sekali-sekali muncul Bapak. Muncul dong sekali-sekali Bapak. Duduk di kursi itu seperti biasanya. ”Memang kamu selalu muncul dalam kenanganku Pak, bahkan juga dalam mimpi-mimpiku, tetapi kamu hanya muncul sebagai bayangan yang lewat. Hanya lewat, tanpa senyum, seperti baru menyadari betapa kenyataan begitu buruk. ”Duduklah di situ dan ceritakan semuanya tentang Satria. ”Ceritakanlah semua rahasia….” Ibu masih berbicara, kini seperti kepada seseorang yang tidak kelihatan. ”Kursi itu tetap kosong. Seperti segalanya yang akan tetap tinggal kosong. Apakah semua ini hanya akan menjadi rahasia yang tidak akan pernah kita ketahui isinya? ”Rahasia sejarah. Rahasia kehidupan. ”Tapi ini bukan rahasia kehidupan yang agung itu. ”Ini suatu aib, suatu kejahatan, yang seandainya pun tidak akan pernah terbongkar…. Telepon genggam Ibu berdering. Ibu seperti tersadar dari mimpi. Ibu beranjak mengambil telepon genggam. ”Pasti ibunya Saras lagi,” gumamnya. Tapi rupanya bukan. ”Eh, malah Si Saras.” Ibu mengangkat telepon genggamnya di telinga.

Insomnia

Insomnia Cerpen Anton Kurnia Dimuat di Sinar Harapan 05/02/2002 Senja sedang mekar-mekarnya. Langit yang luas tampak cerah diterangi oleh matahari yang hendak bersembunyi di balik cakrawala. Gumpalan awan putih dan lembut membiaskan cahayanya. Saya sedang duduk sendirian di ruang depan rumah kontrakan, di atas sofa yang sudah usang, asyik menikmati segelas kopi dan sepotong roti untuk sarapan. Saya memang baru bangun tidur dan belum makan apa pun seharian.

Bukan tidur siang, melainkan tidur. Sudah beberapa minggu ini saya menderita semacam insomnia. Saya sulit tidur di malam hari dan setelah nyaris separuh malam berbaring gelisah di atas tempat tidur dengan mata nyalang dan pikiran mengembara ke mana-mana, saya biasanya baru terlelap karena letih dan putus asa di pagi hari. Baru menjelang sore saya terbangun dengan sekujur tubuh pegal-pegal dan seluruh urat syaraf digantungi oleh rasa malas. Begitu pula hari ini.Setelah ke kamar mandi untuk buang air, mencuci muka dan menggosok gigi, lalu menjerang air, menyedu kopi dan mengolesi setangkup roti dengan selai nanas, saya duduk bermalas-malasan di depan televisi yang terletak di ruang depan rumah kontrakan saya. Saya biarkan televisi itu menyala sementara saya memandang lepas ke seberang rumah melalui kaca bening yang lebar dan tertutup tirai transparan sambil mengunyah roti perlahan-lahan. Saya bisa melihat keluar dengan leluasa melalui tirai itu, tetapi mereka yang di luar tak bisa melihat saya. Mereka hanya bisa melihat bayang-bayang yang terpantul pada kaca yang lebar. Dan saya menikmati sepenuhnya keuntungan itu. Sesekali saya menjulurkan kaki ke atas meja dan meregangkan otot-otot tubuh yang jarang digerakkan untuk berolah raga, menguap lebar-lebar dengan merdeka tanpa takut dianggap tidak beradab. Setelah roti habis, saya menyeruput kopi sedikit demi sedikit dan menyalakan sebatang rokok, lalu mengisapnya dengan santai sambil melihat pemandangan di luar: orang-orang yang lalu-lalang, perempuan yang lewat sambil menyusui anaknya, rumah mungil bercat biru di seberang rumah. Rumah kontrakan yang saya tempati terletak di sebuah gang yang padat oleh rumah-rumah penduduk. Di bagian depan rumah itu terdapat sebuah beranda kecil tempat saya menaruh dua buah pot bunga berisi tanaman suflir. Beranda itu berlantai keramik putih, membuatnya tampak indah dan bersih. Kadang-kadang saya mengepel lantai beranda itu malam-malam dan menyirami kedua tanaman di dalam pot apabila saya tidak bisa tidur dan kehabisan gagasan untuk melewatkan waktu setelah semua acara televisi usai dan mata saya sudah terlalu penat untuk digunakan memelototi layar komputer.Suatu kali saya menemukan bahwa lantai keramik yang putih bersih itu dikotori oleh jejak-jejak kaki binatang. Pada mulanya saya biarkan saja dan kotoran itu saya bersihkan tanpa banyak cingcong pada malam harinya saat orang-orang sudah tertidur lelap di rumah masing-masing. Saya tak ingin terlihat sedang mengepel lantai yang dikotori oleh jejak binatang oleh orang lain. Lama-kelamaan, karena binatang itu tidak kapok-kapok juga dan mulai bertindak lebih jauh dengan merusak tanaman suflir kesayangan saya, akhirnya terpaksa saya bertindak tegas. Saya membunuhnya tanpa setahu orang lain. Lalu, bangkainya saya buang ke tempat penampungan sampah, tak jauh dari gang tempat saya tinggal. Saya melakukan semua itu secara diam-diam pada suatu malam, saat saya tak bisa tidur untuk kesekian kalinya. Pada dasarnya saya bukan orang yang suka kekerasan. Namun, bukankah dalam hidup ini kita terkadang mesti melakukan hal-hal yang tidak kita sukai? Saya belum lama menghuni rumah itu. Baru sekitar tiga bulan. Sebelumnya saya tinggal di sebuah tempat yang cukup jauh dari tempat tinggal saya sekarang. Saya memutuskan untuk pindah dari tempat itu karena ongkos sewanya naik cukup tinggi untuk ukuran kantong saya. Rumah ini akhirnya saya pilih sebagai tempat tinggal yang baru karena harga sewanya relatif murah meskipun suasananya terkadang agak bising. Saat itu saya memang sedang tidak punya banyak uang. Sebetulnya rumah ini cukup menyenangkan. Dengan dua buah kamar berukuran mungil yang salah satunya saya jadikan ruang kerja, sebuah beranda di bagian depan dan sepetak halaman di bagian belakang yang bisa saya tanami bunga dan digunakan untuk menjemur cucian, saya cukup leluasa di rumah ini. Toh, saya hanya tinggal sendirian. Kalau pun ada yang agak mengganggu, itu karena rumah ini terletak di sebuah gang yang padat penduduknya dan terkadang agak bising.Saya bisa dibilang tidak bergaul dan amat jarang bertegur sapa dengan orang-orang yang tinggal di sekitar rumah kontrakan saya. Mungkin itu membuat saya tampak aneh di mata mereka. Saya bukan orang yang sombong, tetapi saya juga bukan orang yang senang berhandai-handai. Saya adalah seorang penyendiri. Dan menurut saya itu bukanlah sesuatu yang salah. Toh, saya tidak merugikan siapa pun dengan kesendirian saya itu. Mungkin, dalam hal ini, satu-satunya kesalahan saya adalah karena saya berbeda dengan kebanyakan orang.Walaupun tidak bermusuhan, bisa dibilang saya tak banyak kenal dengan mereka, para tetangga saya itu. Baik orang tua, anak-anak, maupun yang sebaya dengan saya, tidak peduli berjenis kelamin lelaki atau perempuan. Saya sendiri, tentu saja, seorang laki-laki, karena tidak lazim seorang perempuan tinggal sendirian dalam sebuah rumah kontrakan, bangun tidur pada sore hari dan menguap lebar-lebar sambil menjulurkan kaki di atas meja tanpa merasa risih, walaupun bisa saja itu terjadi. Orang-orang yang saya kenal, dan sesekali saya ajak berbincang-bincang sekadarnya, hanyalah Pak RT dan isterinya yang tinggal bersebelahan dengan rumah kontrakan saya sekaligus pemilik rumah yang saya tempati itu. Itu pun kalau ada keperluan yang mendesak, misalnya saat membayar iuran listrik dan air bersih setiap awal bulan karena aliran listrik dan saluran air bersih di rumah kontrakan saya menyatu dengan rumah mereka. Saya tidak tahu persis siapa nama Pak RT yang sebenarnya. Saya memanggilnya begitu karena ia memang biasa dipanggil orang dengan sebutan itu. Ia adalah Ketua RT di daerah tempat tinggal saya. Pak RT tinggal bersama isterinya, saya menyebutnya Bu RT. Mereka tidak mempunyai anak.Saya memang tidak terlalu suka bergaul dengan orang. Saya lebih suka bergaul dengan tanaman, terutama dari jenis bunga-bungaan, karena mereka lebih sabar daripada orang. Lagi pula mereka tidak pernah usil. Itulah sebabnya saya menaruh dua pot bunga berisi tanaman suflir di beranda rumah kontrakan saya dan merasa senang karena bisa menanami halaman belakang rumah itu dengan bunga-bunga: mawar putih dan melati. Saya amat senang menikmati keindahan kuntum-kuntum mawar putih yang sedang merekah. Menurut sebuah buku yang pernah saya baca, mawar putih adalah simbol cinta yang suci. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan cinta yang suci itu, tak jelas benar bagi saya. Tapi sungguh, kuntum-kuntum mawar putih yang sedang merekah memang sedap dipandang. Apalagi apabila kuntum-kuntum bunga itu baru saja disirami dan tetes-tetes air tampak bergulir membasahi kelopaknya. Sering kali pada saat-saat seperti itu, saya teringat pada Tuhan. Dan saya merasa bahagia.Saya juga menyukai harum bunga melati. Aroma bunga itu mengingatkan saya pada ibunda yang telah meninggal dunia. Waktu saya masih kanak-kanak, ibu saya sering menaruh beberapa kuntum bunga melati yang baru dipetik dari halaman rumah di atas tempat tidurnya dan diam-diam saya sering menciumi aromanya yang lembut, yang melekat di atas lapik tempat tidur dan bantal ibu saya. Karena saya adalah seorang penulis yang lebih banyak bekerja di rumah dan hanya sesekali keluar apabila ada keperluan, misalnya mencari buku-buku untuk bahan tulisan ke perpustakaan, mengirim tulisan ke kantor pos, mengambil honor tulisan ke bank atau berbelanja kebutuhan sehari-hari ke mal di pusat kota sambil berjalan-jalan mencari udara segar, maka saya punya banyak waktu untuk bergaul dengan tanaman-tanaman peliharaan saya, sekaligus menikmati keindahannya di sela-sela jam kerja saya. Seperti saat ini, ketika senja sedang mekar-mekarnya.Sambil terus mengisap rokok dengan santai dan membiarkan pikiran melayang-layang mencari ilham untuk ditulis, sepasang mata saya terpaku nanar pada daun-daun suflir berwarna hijau di luar ruangan dengan ujung-ujungnya yang diganduli kantong-kantong spora, melekat pada tangkai-tangkai kehitaman yang lentur berkilat.Sebetulnya saya tidak benar-benar menatap nanar pemandangan di luar. Sesekali sepasang mata saya mencari-cari sesuatu. Sudah tiga hari ini saya tidak melihat perempuan tua penghuni rumah mungil bercat biru muda di seberang rumah kontrakan saya. Padahal, saat senja sedang mekar seperti ini biasanya ia duduk termenung sendirian di atas bangku kayu di depan rumahnya dengan sepasang mata tuanya yang terkadang membuat saya merasa takut. Kadang-kadang ia duduk termenung seperti itu dengan ditemani oleh seekor kucing belang.Menurut Bu RT suatu kali, saat saya berkunjung ke rumahnya untuk membayar iuran listrik dan air bersih, perempuan tua itu tinggal berdua saja dengan anak tunggalnya, seorang perempuan setengah baya yang telah lama bercerai dengan suaminya. Tak jelas mengapa mereka berpisah dan di mana bekas suaminya itu kini berada, tetapi perempuan itu kabarnya bekerja di sebuah pabrik tekstil yang cukup jauh dari tempat tinggal kami. Setiap hari kerja, ia pergi pagi-pagi sekali dan baru pulang menjelang malam, meninggalkan ibunya sendirian. Entah kapan awalnya, tanpa saya sadari, saya jadi sering mengamati perempuan tua itu apabila ia sedang duduk-duduk di depan rumahnya pada saat senja sedang mekar-mekarnya dan kebetulan saya juga sedang duduk di depan televisi yang biasanya tengah menyiarkan berita-berita politik yang membosankan. Mungkin itu terjadi sejak saya mengalami semacam insomnia itu sehingga saya baru bangun tidur pada sore hari dan sarapan tepat saat perempuan tua itu duduk termangu-mangu sendirian di atas bangku kayu di depan rumahnya yang mungil dan bercat biru.Walaupun saya tidak pernah bertegur sapa dengan perempuan tua itu, diam-diam saya senang memperhatikannya. Mungkin karena ia mengingatkan saya pada nenek saya sendiri yang jarang saya temui, atau mungkin karena sebab-sebab lain. Diam-diam saya sering menatapnya dengan penuh rasa ingin tahu dari balik tirai yang menutupi kaca di ruang depan rumah kontrakan saya.Saya bertanya-tanya dalam hati apakah ia merasa kesepian, apakah ia merasa puas dengan hidupnya, atau apakah ia merasa bosan dengan kehidupan yang terus berputar dari itu ke itu juga, sebab pada dasarnya di dunia ini tak ada sesuatu yang benar-benar baru. Tapi saya tak pernah berusaha bertanya padanya. Saya hanya menatapnya diam-diam dari balik kaca pada saat senja sedang mekar. Kini, sudah tiga hari saya tak melihatnya dan diam-diam saya merasa gelisah.Hari segera berlalu dan senja berganti malam. Malam itu seperti biasa saya lewati dengan insomnia. Keesokan harinya saya bangun tidur lebih awal dari biasanya. Matahari sedang mendekati puncaknya saat saya terbangun karena sebuah mimpi buruk. Dalam mimpi itu saya bertemu dengan binatang yang pernah saya bunuh karena mengganggu tanaman kesayangan saya, tetapi tubuhnya besar sekali. Binatang itu mengejar-ngejar saya hingga akhirnya saya tersudut di sebuah lorong buntu. Lalu, tiba-tiba ia berubah menjadi perempuan tua yang sudah berhari-hari tidak saya lihat itu. Sepasang mata tuanya menatap tajam, membuat saya merasa ketakutan. Bibirnya menyeringai, menampakkan sebagian giginya yang telah tanggal. Saya menjerit sejadi-jadinya dan terbangun di atas tempat tidur dengan sekujur tubuh berpeluh.Setelah sadar sepenuhnya, saya segera mandi dan tanpa sempat sarapan saya segera bergegas ke rumah sebelah. Pak RT sedang tak ada di rumah. Dari isterinya akhirnya saya mengetahui kabar tentang perempuan tua yang telah muncul tiba-tiba dalam tidur saya itu.Tidak, tidak. Ia belum mati. Perempuan tua itu hanya tersiksa oleh rasa sepi dan bosan. Sepi dan bosan membuatnya pergi dari kota ini, kembali ke kampung halamannya. Di sini ia tak punya kawan sebaya dan anak perempuannya harus mencari nafkah sepanjang hari, membiarkannya sendiri tanpa teman yang bisa mengerti1. Dulu ia memang pernah punya teman yang sesekali bisa membuatnya betah untuk bertahan2, tapi kini temannya itu telah pergi meninggalkannya tercekam sepi. Mendengar semua itu, tiba-tiba saja saya merasa amat bersalah. Hati saya serasa perih, seolah-olah ada sebatang duri mawar yang tanpa sengaja tertancap di sana tanpa saya bisa melepaskannya. Sayalah yang telah membuat teman perempuan tua itu pergi meninggalkannya. Masih terbayang jelas saat saya membujuknya dengan sekerat dendeng. Tentu saja bukan dendeng sembarangan, melainkan sekerat dendeng beracun. Ya, malam itu saya telah membunuhnya. Saya telah membunuh seekor kucing belang entah peliharaan siapa yang sesekali menjadi pengusir rasa sepi perempuan tua itu. Tapi, sejujurnya, biarpun merasa bersalah, saya tetap tidak menyesalinya. Seperti yang pernah saya bilang, bukankah dalam hidup ini ada kalanya kita harus melakukan sesuatu yang tidak kita inginkan?Hari berlalu begitu lesu. Malam telah larut dan sunyi, bahkan subuh sudah hampir menjelang, tetapi saya belum juga bisa tidur. Saya kembali terserang semacam insomnia. Saya matikan layar komputer, lalu pergi ke kamar mandi untuk mengambil seember air. Dengan penuh kasih sayang saya sirami tanaman suflir di beranda depan rumah kontrakan saya, lantai keramik di beranda itu tampak putih dan bersih, tak ada bekas jejak binatang sedikit pun. Lalu, saya pergi ke halaman belakang. Perlahan-lahan saya sirami rumpun-rumpun mawar putih dan melati yang saya tanam di sebuah sudut. Di bawah cahaya bulan purnama saya menikmati kilauan tetes-tetes air yang jatuh bergulir membasahi kelopak-kelopak bunga mawar yang sebagian sedang mekar, lalu menitik ke bumi melalui tangkainya yang berduri. Samar-samar saya bisa membaui aroma kembang melati yang meruap lembut. Tiba-tiba saja saya teringat pada ibu saya. Saya berhenti menyirami rumpun-rumpun mawar dan bunga melati. Kepala saya menengadah ke langit. Di angkasa yang tinggi saya melihat sepotong bulan yang bulat. Sudah lama sekali saya tidak menatap bulan. Bulan tampak indah jika dipandang dari kejauhan. Dengan mata sedikit terpicing, saya mencoba mengamat-amati bulan itu dengan lebih saksama. Ah, ternyata ibu saya benar. Ketika saya masih kecil, ibu pernah bercerita bahwa jika kita mempunyai setitik saja rasa kasih yang tulus dalam hati kita, maka kita akan bisa melihat bayangan seorang perempuan dan seekor kucing yang sedang bermain-main di bulan yang sedang purnama.3 Dan kini, saya berhasil melihatnya. Untuk pertama kali seumur hidup, saya berhasil melihatnya. Kucing dalam bulan mirip sekali dengan kucing belang yang pernah saya bunuh, tetapi perempuan yang sedang tersenyum itu pastilah bukan perempuan tua yang dulu diam-diam sering saya amat-amati dari balik tirai. Bukan, saya kenal baik dengan senyum itu. Sekuntum senyum yang merekah indah seperti kelopak-kelopak mawar putih itu adalah seulas senyum milik ibu saya.Wuthering House, 8 Juli 2001Catatan:1 Berdasarkan lirik lagu pop ciptaan Virgiawan Listanto alias Iwan Fals, Belum Ada Judul (1992).2 Mengutip kata-kata dalam sajak berjudul Melodia karya penyair misterius bekas Presiden Malioboro, Umbu Landu Paranggi. Kalimat sesungguhnya adalah, ”Cintalah yang sesekali membuat kita betah untuk bertahan…”3 Dalam mitologi Sunda yang diceritakan secara turun-temurun, terdapat kisah tentang seorang perempuan yang menghuni bulan bersama seekor kucing. Keduanya konon bisa terlihat dari bumi pada saat bulan sedang purnama.

Bismillah..nawaitu...menulis...: Hikmah di balik syariah

Bismillah..nawaitu...menulis...: Hikmah di balik syariah

Rabu, 22 Juli 2009

bidadari syurga dunia

Bidadari Syurga dunia... Ada senyum yang terukir indah dimuka.. Ada bias rona merah di wajah.. Memantulkan warna hati si jiwa Syurga Bidadari Syurga dunia.. Wajah yang senantiasa putih dan menawan Berhiaskan air wudlu yang terpancar.. Menambah pesona hiasan mata.. Bidadari Syurga dunia.. Yang senyumnya selalu merekah.. Yang parasnya mempesona.. Yang hatinya selembut sutra.. Bidadari Syurga dunia.. Jadi dambaan setiap wanita.. Impian diri wanita sholehah Qonitat dan berhati bunga.. Bidadari Syurga di hati luka.. Yang pucatkan muka si durjana Yang tepiskan angan dunia.. Yang hatinya bagaikan kaca.. Bidadari Syurga di hati dunia.. Yang siangnya bagaikan singa di rimba Yang malamnya bagai sufi perindu Syurga Zuhud selendang pengikatnya.. Bidadari Syurga dunia.. Dimana pun berada kau tetap setia Pada Allah, Rasul dan juga Dien-Nya.. Kemana lagi kan kucari Bidadari Syurga Dunia.. Di arusnya dunia merana.. Sentuhanmu bangkitkan rasa.. Hingga syahid ku jumpa di pintu Syurga..

aku makin cantik hari ini

Tahukah engkau, aku makin cantik hari ini! Sungguh, aku makin cantik! Lebih cantik dari kemarin, dari kemarinnya lagi, dan dari kemarin-kemarinnya lagi. Coba lihat, dahiku tidak berkerut-kerut oleh pikiran dan kepedihan seperti beberapa hari yang lalu. Bibirku tidak mengerucut oleh kejengkelan dan kemarahan seperti kemarin. Mukaku tidak lagi tertekuk penuh beban dan be BeTe an seperti waktu-waktu yang lewat. Tubuhku tidak lagi lesu karena keputus asaan dan kehilangan harapan. Sungguh, aku makin cantik hari ini! Coba perhatikan, mataku bersinar-sinar oleh kegembiraan. Bibirku merekah lebar oleh senyum ketulusan. Pipiku merona merah oleh semangat pengharapan. Urat-urat wajahku santai memancarkan aura kepasrahan. Dan semuanya menjadikan wajahku berseri-seri. Sungguh, cantiknya aku hari ini! Sudah sepekan aku banyak tertawa, menari dan menyanyi, menikmati hidup ini dan tidak membiarkan permasalahan mempengaruhi suasana hati. Ah, cantiknya diriku karenanya. Sudah sepekan aku berusaha banyak menyapa dan memaafkan semua saudara. Dan itu telah membuatku lebih cantik hari ini. Sudah seminggu aku berusaha lebih banyak berderma pada sesama. Kini aku merasakan cantik sebagai balasannya. Sudah seperempat bulan aku berusaha lebih mensyukuri setiap karunia Ilahi. Dan kini kurasakan Allah menambahi nikmat itu dengan menjadikanku cantik sekali. Bahagianya aku karenanya! Dan bahagia itu, kurasakan kian membuatku cantik saja Ada kalanya kita membenci diri kita sendiri. Ada kalanya kita tidak menyukai apa yang kita lakukan. Ada kalanya kita melakukan kesalahan. Ada kalanya kita terpuruk dalam kepedihan. Ada kalanya kita tenggelam dalam kesedihan. Ada kalanya kita tak mengerti mengapa hidup berjalan tidak seperti yang kita bayangkan. Ada kalanya perjalanan menjadi demikian berat kita rasakan. Hingga sikap kita pun terbawa oleh perasaan. Hingga kita mengambil langkah tanpa pertimbangan. Tindakan yang dilakukan pun merupakan reaksi spontan. Akibatnya yang tertinggal kemudian hanya penyesalan dan keterpurukan yang semakin dalam. Dan tahukah dikau? Semua itu akan menyebabkan penampilan dan tampang kita menjadi makin buruk saja. Maka berbahagialah ketika kita bisa melewati masa-masa seperti itu dengan elegan. Saat kita bisa menahan diri terhadapa sesuatu yang sangat kita inginkan. Saat kita bisa menghadapi segala permasalahan dengan tenang. Saat kita berhasil menaklukkan musibah dan hambatan penyebab kesedihan. Hidup tidaklah berjalan seperti yang kita inginkan, karena itu melewati saat-saat yang tidak meneyenangkan adalah sebuah hal yang membahagiakan. Misalnya, sesungguhnya aku adalah seorang yang sangat emosional. Adalah membahagiakan bagiku ketika dalam banyak hal akhir-akhir ini aku dapat meredam emosiku. Dan itu membuat aku merasa cantik sekali. Aku adalah seorang yang sangat ekspresif, sehingga perasaan apapun yang tersimpan di hati akan nampak dengan jelas pada bahasa tubuh. Maka sungguh membahagiakan ketika dalam banyak hal kemudian aku dapat menyembunyikan perasaan yang sesungguhnya dan dapat tetap tampil stabil. Dan sungguh, aku merasa makin cantik karenanya. Adalah hal yang menyenangkan ketika aku tidak panik, padahal aslinya aku adalah seorang yang gampang panik. Maka sungguh menyenangkan, ketika aku dapat mengontrol semua emosi, pikiran dan perasaan sehingga berhasil mengatasi diri sendiri. Betapa membahagiakan tatkala kita berhasil mengalahkan diri sendiri. Ketika aku dapat melakukannya, maka ini adalah pencapaian terbesar dalam hidupku. Hingga kemudian kegagalan-kegalan yang telah kita lalui bukanlah sesuatu yang sia-sia. Selama kita tak kehilangan pelajaran dari kegagalan yang kita alami, semua itu akan menjadi bukti sejarah atas pembelajaran hidup. Rasulullah bersabda, sesungguhnya seorang muslim yang terbaik bukanlah yang tidak pernah berbuat kesalahan, namun mereka yang tiap kali melakukan kesalahan mengakuinya, menerimanya dan kemudian berusaha bangkit untuk memperbaikinya, lagi dan lagi. Tak perlu ada sakit hati, tak perlu ada kecewa karena sesungguhnya segala sesuatu bagi orang muslim adalah baik saja, selama dia bersyukur tiap mendapat nikmat dan sabar saat tertimpa musibah. Karena itu, dengan bangga kunyatakan, aku makin cantik hari ini. Apakah engkau juga? Hei, jangan lupa, ingatkan daku jika engkau melihatku lebih jelek esok hari! Azimah Rahayu azi_75@yahoo.com

Cinta-Mu dan cintamu

Ketidakberdayaan apa ini ? Pikiranku terpaku, langkahku terpatri Deret nafasku menopang nyeri Sungguh, aku tak mengerti Aku duduk di sebuah persimpangan di negeri yang koyak Melamun diantara kebisingan yang pekak Mencoba merongrong siang yang berarak Karena malam telah kehabisan sendu yang bercorak Sungguh, isi jiwaku tetap tak mengerti Siang itu, hujan jatuh layaknya barisan yang berderu Mencari celah diantara awan pekat yang bergurau Menghindar dari kutukan yang sebenarnya adalah kabut kebenaran yang tak tersentuh Tapi aku berusaha tegak Aku yang congkak dengan keterbatasanku yang cekak Aku yang menangis, memohon parau ngilu yang sesak Aku yang termenung di persimpangan menyayangkan jarak Mencoba membawa jasad dan jiwa yang pedih untuk dituntun Tetap menuntun Tetap menanti Masih menunggu Menunggu cinta-Mu dan cintamu Hhhh........... Seluruh pikirku masih tak memahami Aku merajuk pada-Mu dan padamu Dalam diamku masih terdapat harap untuk-Mu dan untukmu Aku meminta pada-Mu dan padamu Jangan padamkan rasa akan-Mu dan akanmu Aku bersungguh di dekat-Mu dan dekatmu Bahwa, aku sujud dalam sungguh-Mu Dan merengek pada kepuraan darimu Pada alamku masih belum juga mengilhami Dalam selongsong yang kosong ini Pertama mendamba kasih-Mu kedua mengharap hadirmu Kalau bisa kukatakan Dalam dekat akan-Mu menenangkanku Dalam jarak akanmu menggelisahkanku Bila pertemuan dengan-Mu dan denganmu Menjadi obat tidur pada malam yang mencekam suaraku Basuhlah aku dengan kasih-Mu Dan jumpa denganmu Walaupun aku hanya termenung dalam menenung benangnya dalam tempurung Aku tetap menuntun Tetap menanti Masih menunggu Menunggu cinta-Mu dan cintamu ------- Pengirim : Hendrat Sasongko

doa akhwat yang merindukan datangnya seorang pendamping

Tuhanku... Aku berdo'a untuk seorang pria yang akan menjadi bagian dari hidupku Seseorang yang sungguh mencintaiMu lebih dari segala sesuatu Seorang pria yang akan meletakkanku pada posisi kedua di hatinya setelah Engkau Seorang pria yang hidup bukan untuk dirinya sendiri tetapi untukMu Wajah tampan dan daya tarik fisik tidaklah penting Yang penting adalah sebuah hati yang sungguh mencintai dan dekat dengan Engkau dan berusaha menjadikan sifat-sifatMu ada pada dirinya Dan ia haruslah mengetahui bagi siapa dan untuk apa ia hidup sehingga hidupnya tidaklah sia-sia Seseorang yang memiliki hati yang bijak tidak hanya otak yang cerdas Seorang pria yang tidak hanya mencintaiku tapi juga menghormatiku Seorang pria yang tidak hanya memujaku tetapi juga dapat menasihatiku ketika aku berbuat salah Seseorang yang mencintaiku bukan karena kecantikanku tapi karena hatiku Seorang pria yang dapat menjadi sahabat terbaikku dalam setiap waktu dan situasi Seseorang yang dapat membuatku merasa sebagai seorang wanita ketika aku di sisinya Tuhanku... Aku tidak meminta seseorang yang sempurna namun aku meminta seseorang yang tidak sempurna, sehingga aku dapat membuatnya sempurna di mataMu Seorang pria yang membutuhkan dukunganku sebagai peneguhnya Seorang pria yang membutuhkan doaku untuk kehidupannya Seseorang yang membutuhkan senyumku untuk mengatasi kesedihannya Seseorang yang membutuhkan diriku untuk membuat hidupnya menjadi sempurna Tuhanku... Aku juga meminta, Buatlah aku menjadi wanita yang dapat membuatnya bangga Berikan aku hati yang sungguh mencintaiMu sehingga aku dapat mencintainya dengan sekedar cintaku Berikanlah sifat yang lembut sehingga kecantikanku datang dariMu Berikanlah aku tangan sehingga aku selalu mampu berdoa untuknya Berikanlah aku penglihatan sehingga aku dapat melihat banyak hal baik dan bukan hal buruk dalam dirinya Berikanlah aku lisan yang penuh dengan kata-kata bijaksana, mampu memberikan semangat serta mendukungnya setiap saat dan tersenyum untuk dirinya setiap pagi Dan bilamana akhirnya kami akan bertemu, aku berharap kami berdua dapat mengatakan: "Betapa Maha Besarnya Engkau karena telah memberikan kepadaku pasangan yang dapat membuat hidupku menjadi sempurna." Aku mengetahui bahwa Engkau ingin kami bertemu pada waktu yang tepat Dan Engkau akan membuat segala sesuatunya indah pada waktu yang telah Engkau tentukan Amin....

Senin, 20 Juli 2009

Biarlah Ku Kembalikan Cinta ini Pada-NYA



"Di Sini Kita pernah bertemu, mencari warna seindah pelangi, ketika kau mengulurkan tanganmu, membawaku ke daerah yang baru, hidupku kini ceria...." ( Untukmu Teman-Brothers) Matanya berkaca-kaca ketika laki-laki itu selesai membaca dan merenungi isi mushaf di tangannya shubuh itu. Dulu sekali laki-laki itu telah pernah berharap pada seorang perempuan yang dia yakin perempuan itu sangat mencintai dan menyayanginya, ada kilasan-kilasan di hatinya yang mengatakan bahwa mungkin dialah sosok yang selama ini dicari...dialah sosok yang tepat untuk mengisi hari harinya kelak dalam bingkai pernikahan. Berawal dari sebuah pertemuan dan terjalinlah persahabatan. Berdiskusi tentang segala hal, terutama masalah masa depan ummat islam. Berjalan seiring dalam tugas yang sama membina ummat. Laki-laki itu sedang berproses menjadi da?i, ya da?i muda yang di kenal di kota itu. Dan perempuan itu seorang aktivis muslimah yang juga berkarier sana sebagai seorang Pegawai Negeri Sipil. Perempuan adalah aktivis muda yang enerjik, cerdas dan tentunya cantik, tidaklah heran jika menjadi perbincangan kaum adam. Laki-laki dan perempuan itu bersahabat, erat bahkan sangat akrab, mereka sepasang sejoli yang mempunyai minat yang sama, cita-cita besar yang sama dan lahan garapan dakwah yang sama. Sehingga kedekatan itu membawa semangat laki-laki itu itu untuk terus menggali potensi dirinya sebagai penyeru agama Allah ini. Kedekatan itu berlanjut menjadi kedekatan yang intens, berbagi cerita, curahan hati, saling meminta saran, saling bertelepon dan bersms, yang akhirnya segala kehadirannya menjadikan suatu kebutuhan. Kesemuanya itu mengatasnamakan persahabatan. "Pertemuan kita disuatu hari, menitikan ukhuwah yang sejati, bersyukur kehadirat ilahi diatas jalinan yang suci...." (Doa Perpisahan-Brothers) Sesungguhnya di hati masing-masing telah tergores sebuah rasa. Ya .....rasa Cinta yang begitu dalam. Laki-laki itu begitu sering ke tempat kost sahabatnya ini, tentunya seizin ibu kost yang juga merupakan ibu angkat dari sahabatnya ini. Dan kembali mereka saling curhat dan berbagi cerita. Ada gelak tawa dan canda di sana. Dan perempuan itu tampak begitu "cinta" kepada sang laki-laki itu, tampak dengan jelas perempuan itu sering mengunjungi tempat kerja bahkan rumah sang laki-laki. Perempun itu sangat baik bahkan terlalu baik bagi laki-laki itu. Ia sering memberi bahkan di saat tidak di pinta sekalipun. Dan selalu siap kapan saja sang laki-laki itu membutuhkan kehadirannya. Mereka memang berdua dan selalu berdua, Bersama anak-anak didik mereka. Mereka terus berdua dan tetap dalam kata persahabatan. Mereka berdua menyimpan ?rasa? itu, mereka saling menyimpan rahasia hati mereka masing-masing, mereka berdua baru bisa memperlihatkan pada aktivitas memberi dan menerima. Sedangkan rasa itu tetap terpendam di lubuk yang paling dalam dihati mereka masing-masing. Mereka memahami ?rasa? itu tidak boleh terungkap karena takut terjebak dalam hubungan yang tidak dihalalkan syariat. Mereka memahami itu dan memegang kokoh nilai-nilai ini. Dan rasa itu memang hanya ada di hati mereka masing-masing. Hanya Allah dan mereka sendiri yang tahu kalau mereka saling mencintai. "Mengapakah Kita di temukan dan akhirnya di pisahkan, mungkinkah menguji kesetiaan, kejujuran dan kemanisan iman, Tuhan berikan daku kekuatan....." (Untukmu Teman-Brothers) Sampai suatu hari, laki-laki itu berat hati meninggalkan kota itu meninggalkan kota kelahirannya itu. Mungkin ini merupakan doa?nya yang di kabulkan Tuhan, dimana ketika di sebuah sore dengan kondisi hujan yang sangat lebat, seakan-akan langit menumpahkan seluruh airnya. Diatas sebuah sepeda dan dalam keadaan basah kuyup ia memenuhi janji bertemu dengan perempuan sahabatnya itu. Dan ketika itu ia berdoa sambil berurai air mata " Ya ALLAH jika sahabatku ini adalah jodoh hamb segerakan pernikahan hamba dengannya dan permudah urusan pernikahan itu, tetapi jika bukan jodoh hamba ya Allah, bawalah hamba pergi jauh dari kota ini". "Namun kini perpisahan yang terjadi, dugaan yang menimpa diri, bersamalah diatas suratan, kutetap pergi jua....." (Doa Perpisahan-Broters) Di halaman rumahnya. Di saksikan kedua orang tua dan adik-adiknya serta sahabatnya dia mengucap pamit untuk berlayar ke negeri seberang. Dari awal sampainya laki-laki itu di tempat tujuan, mereka masih saling berkomunikasi, sang perempuan begitu memperhatikan keadaan laki-laki itu, ia menanyakan dimana tinggal dan bagaimana keaadan diri sang sahabat, dan begitulah cinta, ada perhatian dan kasih sayang. Namun sayang semuanya masih terpendam. Terpendam di hati yang sangat dalam. Dari sms dan telpon terlihat jika perempuan itu masih berharap dan menunggu laki-laki itu kembali ke kotanya. Perempuan itu tetap curhat dan berbagi cerita tentang kondisi di kota kelahiran laki-laki itu. Ia bercerita bahwa ia belum bisa menemukan sosok partner kerja seikhlas laki-laki sahabatnya itu, dan terkadang sebuah harapan agar laki-laki sahabatnya itu cepat kembali. Dan sungguh, baik laki-laki dan perempuan itu tidak pernah lagi membuka hatinya untuk yang lain. " Kini dengarkanlah, dendangan lagu tanda ingatanku, kepadamu teman, agar ikatan ukhuwah kan bersimpul padu, kenangan bersamamu, tak akan kulupa walau badai melanda, walau bercerai jasad dan nyawa..." (Untukmu Teman-Brothers) Laki-laki itu menyadari kalau sebenarnya kepergiannya itu adalah sebuah doanya yang terkabul. Tetapi hatinya goyah ingin kembali dan menyatakan isi hatinya pada perempuan itu, ia ingin meminang sang bidadari. Dia ingin bidadari itu menjadi kekasihnya seumur hidup. Tapi....begitu berat juga hati agar tidak kembali, dia teringat teman-teman aktivis yang lain begitu memuji sahabat perempuannya ini, begitu banyak teman-temannya berharap dapat mempersunting sang sahabat perempuannya ini....Air matanya jatuh perlahan dalam sujud panjangnya dikegelapan malam... Dia berjanji untuk melupakan semua kenangan di kota kelahirannya. Dia tidak ingin mengisi hari- harinya dengan kesia-siaan. "Lalu bagaimana dengan harapan perempuan terhadap sahabat laki-lakinya ini? Hingga suatu ketika di malam sepuluh terakhir ramadhan setahun yang lalu laki-laki itu mendapat sms yang begitu memilukan hatinya "Abang, Sungguh, adek berharap bisa menjadi bidadari yang mendampingi hidup abang, apapun adanya abang". Ohhh.....Tuhan, mengapa ini terjadi di saat aku berusaha melupakan cintaku pada perempuan sahabatnya. Kembali air mata membasahi sajadah di sholat malamnya.....mengadu kepada sang pemilik cinta untuk menuntaskan gejolak hati ini. Hingga suatu hari...... Laki-laki itu mendapat tawaran menikah dari seorang yang tidak pernah di kenal sebelumnya hanya karena dia sering menulis artikel di www.myquran.com, begitu berat ia mau menerimanya sedangkan orang yang belum di kenalnya menunggu jawabannya. Dan akhirnya melalui ustadznya proses ta?aruf, khitbah dan menikah begitu mudah, lancar dan tidak ada satupun hambatan. Dan itulah JODOH, yang tidak dapat di pungkiri kebenarannya. Allah yang memberikan keputusan ini dan berakhirlah drama hati dua sejoli itu. Sepasang sahabat yang memendam cintanya demi sebuah syariat yang sangat mereka junjung tinggi. Tuhan, Aku tidak akan menyalahkan siapa-siapa, yang salah hanyalah persepsi dan harapan yang terlalu berlebihan dari kedekatan itu, dan proses interaksi yang terlalu dekat sehingga timbul gejolak dihati.... Biarlah hal itu menjadi proses pembelajaran dan pendewasaan bagiku untuk lebih hati-hati dalam menata hati," gumamnya pada suatu waktu. Dan begitu juga harapannya pada perempuan sahabatnya, agar bisa menerima keputusan dari ALLAH ini. Dunia laki-laki itu kini adalah dunia penuh cinta dengan warna-warna jingga, tawa-tawa pelangi, pijar bintang dimata istrinya yang menjadi pendamping hidupnya kini...Sebuh cinta yang suci dialiri ketulusan yang dianugrahkan ALLAH kepadanya...sebuah cinta yang tidak pernah kenal surut dan batas, dan yang paling kekal adalah cintanya pada Illahi yang selalu mengisi relung-relung hati..tempatnya bermunajat disaat suka dan duka... Indahnya hidup dikelilingi dengan cinta yang pasti. Adakalanya ia ingat pada sahabatnya. Apakah sahabatnya ini akan memakinya, tidak, laki-laki ini yakin sahabatnya tidak demikian, bukankah mereka tidak pernah saling menucap cinta, mereka tidak pernah berikrar untuk saling menyayangi sebagai kekasih, Sehingga.... saat bayangan sahabatnya itu pun hilang begitu saja...dan masih adakah setangkup harapan agar dia kembali? Laki-laki itu yakin Allahlah yang memiliki taqdir itu, walaupun terlalu banyak kebaikan sang sahabat ...akan ada seribu kata terima kasih untuknya demikian juga jika ada kata-katanya yang menyakitkan hati.... akan selalu ada beribu kata maaf untuknya...." Sahabatku, Jangan Kau Nanti lagi kehadiranku, bukan berarti aku tidak mencintaimu, sungguh aku sangat mencintaimu walaupun tidak pernah ku ungkapkan langsung padamu, biarkanlah ALLAH menjalankan skenarionya, dan kita hanya menjalankan skenario dari-Nya itu, maafkan aku yang mungkin telah membuat dirimu menaruh harap, walau tidak pernah terucap dibibirku, karena kau memang sahabat sejatiku, teman berbagi cerita, selamat berpisah, doakan aku sahabat agar tetap istiqomah di jalan-Nya, dan aku akan selalu mengenangmu" Desah Laki-laki itu "Jikapun suatu saat nanti ternyata kita tetap di pertemukan dalam cinta kasih yang suci, jangan dipikirkan semua itu, semuanya Hak Allah, biarkan Dia saja yang mengaturnya, jangan kau tutup pintu hati untuk yang lain, terima pinangan lelaki yang shalih dan jangan sekali-kali kau menolaknya karena kau akan mendapat fitnah karenanya demikian sebagaimana yang dikatakan Nabi 14 abad yang lalu. Jangan mengorbankan diri pada hal yang sia-sia sahabatku" Demikian tulinya di Diari. "Mungkinkah telah terlupa, Tuhan ada janjinya, bertemu dan perisah adalah matan kasihnya, andai ini ujian terangilah, tambah kesabaran, pergilah Jelita..Hadirlah cahaya......" (Untukmu Teman-Broters) Masih ada sejuta asa dan makna, yang akan tetap bercahaya, sahabat "Lalu... bagaimana dengan cinta kita yang dulu pernah ada? Laki-laki itu berkata " Biarkan cinta ini kukembalikan kepada pemilik-Nya. Dan tiadalah berdosa mencintai karena ini fitrah sebagai manusia, Sahabatku, di saat yang tepat nanti ALLAH telah menyiapkan pengeran cinta untukmu dan tentunya yang terbaik, biarlah airmata ini mengiringi doa perpisahan kita....Teruskan Perjuangan.....ALLAHU AKBAR!! "Teman.......betapa pilunya hati ini, menghadapi perpisahan ini, pahit manis perjuangan telah kita rasa bersama, semoga ALLAH meridhai persahabatan dan perpisahan ini....teruskan perjuangan...." (Doa Perpisahan-Broters) "Kan Kuutus salam ingatanku dalam doa kudusku sepanjang waktu, ya ALLAH, bntulah hambamu, snyuman yang tersirat dibibirmu, menjadi ingatan setiap waktu, tanda kemesraan yang bersimpul padu kenangku di dalam doamu, semoga ALLAH berkatimu....." (Doa Perpisahan-Broters) Pesan Penulis : " Sebuah Oretan Hati buat mereka yang pernah mengalami hal yang sama, semoga tulisan ini menjadi pengingat kita, terkadang persahabatan yang tidak di landasi syariat akan berbuah hubungan yang tidak di halalkan oleh syari?at, buat seorang sahabat yang pernah menjadi partner sejati dalam perjuangan dakwahku selama di Kalimantan, teruskan perjuangan, jangan mengeluh dan temukan lagi sahabat baru yang lebih hebat, semoga sebuah tulisan "Aku kan tetap Pergi, Bidadari" di komputerku telah antum temukan dan dapat mengambil manfaat dari tausyiahku di sana " Dedicated For : Sahabatku sekaligus adikku Mayang Purwoningrum di Sekolah Tinggi Pertanahan Jogjakarta (Kalau ada temen Myqers di Jogja mengenalnya sampaikan salam) Adikku Sovie Ilmiyati (Vivi) di Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Angkatan 2003/2004 (Kak Adi kini nggak siaran Radio di Ketapang lagi, tapi kini belajar lagi di Bandung, bagi temen Myqers yang mengenalnya tolong sampaikan salam ana, karena sudah hampir 2 tahun kehilangan kontak komunikasi) Sahabatku Ninin Setyaningsih/Teteh Ninin, yang kini katanya ada di Bandung tetapi entah dimana (Seorang sahabat perjuangan di KAMMI Daerah Kalbar tahun 2000-2003, alumni Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak dan kini kabarnya telah menikah di Bandung, Pa Kabar semoga ALLAH mempertemukan kita lgi dalam bingkai Ukhuwah dan semoga Allah memberikan keberkahan keluarga yang sedang di arungi, Amin- kepada temen Myqers yang mengenalnya salamku untuknya) Ahmad Muhammad Haddad Assyarkhan (Adi Supriadi) ASSYARKHAN Conseling Centre Biro Konseling Keluarga dan Remaja Indonesia Jln. Maleer Selatan No. 51/117 Bandung 40275 Jawa Barat Indonesia Contact Us at : Mobile Phone : 081573530788 Home : 022-7318191 Yahoo Messenger : assyarkhan Email : assyarkhan@yahoo.com,ahmaddinullah@myquran.com "Hidup Lebih Berarti dengan Berbagi"

"Di Sini Kita pernah bertemu, mencari warna seindah pelangi, ketika kau mengulurkan tanganmu, membawaku ke daerah yang baru, hidupku kini ceria...." ( Untukmu Teman-Brothers) Matanya berkaca-kaca ketika laki-laki itu selesai membaca dan merenungi isi mushaf di tangannya shubuh itu. Dulu sekali laki-laki itu telah pernah berharap pada seorang perempuan yang dia yakin perempuan itu sangat mencintai dan menyayanginya, ada kilasan-kilasan di hatinya yang mengatakan bahwa mungkin dialah sosok yang selama ini dicari...dialah sosok yang tepat untuk mengisi hari harinya kelak dalam bingkai pernikahan. Berawal dari sebuah pertemuan dan terjalinlah persahabatan. Berdiskusi tentang segala hal, terutama masalah masa depan ummat islam. Berjalan seiring dalam tugas yang sama membina ummat. Laki-laki itu sedang berproses menjadi da?i, ya da?i muda yang di kenal di kota itu. Dan perempuan itu seorang aktivis muslimah yang juga berkarier sana sebagai seorang Pegawai Negeri Sipil. Perempuan adalah aktivis muda yang enerjik, cerdas dan tentunya cantik, tidaklah heran jika menjadi perbincangan kaum adam. Laki-laki dan perempuan itu bersahabat, erat bahkan sangat akrab, mereka sepasang sejoli yang mempunyai minat yang sama, cita-cita besar yang sama dan lahan garapan dakwah yang sama. Sehingga kedekatan itu membawa semangat laki-laki itu itu untuk terus menggali potensi dirinya sebagai penyeru agama Allah ini. Kedekatan itu berlanjut menjadi kedekatan yang intens

kuntum cintanya



Bukannya aku yang harus sering keluar uang untuk segala kebutuhan sehari-hari, karena memang penghasilanku lebih besar. Sampai kapan aku mesti bersabar, sementara itu bukanlah kewajibanku. "De... Ade kenapa?" tanya suamiku dengan nada bingung dan khawatir. Aku menggeleng dengan mata terpejam. Lalu membuka mata. Matanya tepat menancap di mataku. Di tangannya tergenggam sebuah bungkusan warna merah jambu. Ada tatapan rasa bersalah dan malu di matanya. Sementara bungkusan itu enggan disodorkannya kepadaku. "Selamat ulang tahun ya De'..." bisiknya lirih. "Sebenernya aku mau bangunin kamu semalam, dan ngasih kado ini... tapi kamu capek banget ya? Ucapnya takut-takut. Aku mencoba tersenyum. Dia menyodorkan bungkusan manis merah jambu itu. Dari mana dia belajar membukus kado seperti ini? Batinku sedikit terhibur. Aku buka perlahan bungkusnya sambil menatap lekat matanya. Ada air yang menggenang. "Maaf ya de, aku cuma bisa ngasih ini. Nnnng... Nggak bagus ya de?" ucapnya terbata. Matanya dihujamkan ke lantai. Kubuka secarik kartu kecil putih manis dengan bunga pink dan ungu warna favoritku. Sebuah tas selempang abu-abu bergambar Mickey mengajakku tersenyum. Segala kesahku akan sedikitnya nafkah yang diberikannya menguap entah ke mana. Tiba-tiba aku malu, betapa tak bersyukurnya aku. "Jelek ya de'? Maaf ya de'... aku nggak bisa ngasih apa-apa.... Aku belum bisa nafkahin kamu sepenuhnya. Maafin aku ya de'..." desahnya. Aku tahu dia harus rela mengirit jatah makan siangnya untuk tas ini. Kupeluk dia dan tangisku meledak di pelukannya. Aku rasakan tetesan air matanya juga membasahi pundakku. Kuhadapkan wajahnya di hadapanku. Masih dalam tunduk, air matanya mengalir. Rabbi... mengapa sepicik itu pikiranku? Yang menilai sesuatu dari materi? Sementara besarnya karuniamu masih aku pertanyakan. "A' lihat aku...," pintaku padanya. Ia menatapku lekat. Aku melihat telaga bening di matanya. Sejuk dan menenteramkan. Aku tahu ia begitu menyayangi aku, tapi keterbatasan dirinya menyeret dayanya untuk membahagiakan aku. Tercekat aku menatap pancaran kasih dan ketulusan itu. "Tahu nggak... kamu ngasih aku banyaaaak banget," bisikku di antara isakan. "Kamu ngasih aku seorang suami yang sayang sama istrinya, yang perhatian. Kamu ngasih aku kesempatan untuk meraih surga-Nya. Kamu ngasih aku dede'," senyumku sambil mengelus perutku. "Kamu ngasih aku sebuah keluarga yang sayang sama aku, kamu ngasih aku mama...." bisikku dalam cekat. Terbayang wajah mama mertuaku yang perhatiannya setengah mati padaku, melebihi keluargaku sendiri. "Kamu yang selalu nelfon aku setiap jam istirahat, yang lain mana ada suaminya yang selalu telepon setiap siang," isakku diselingi tawa. Ia tertawa kemudian tangisnya semakin kencang di pelukanku. Rabbana... mungkin Engkau belum memberikan kami karunia yang nampak dilihat mata, tapi rasa ini, dan rasa-rasa yang pernah aku alami bersama suamiku tak dapat aku samakan dengan mimpi-mimpiku akan sebuah rumah pribadi, kendaraan pribadi, jabatan suami yang oke, fasilitas-fasilitas. Harta yang hanya terasa dalam hitungan waktu dunia. Mengapa aku masih bertanya. Mengapa keberadaan dia di sisiku masih aku nafikan nilainya. Akan aku nilai apa ketulusannya atas apa saja yang ia berikan untukku? Hanya dengan keluhan? Teringat lagi puisi pemberiannya saat kami baru menikah... Aku ingin mencintaimu dengan sederhana... To my luv, thank u 4 d best gift I ever have Al Birru emine_mm@maktoob.com

"De'... de'... Selamat Ulang Tahun..." bisik seraut wajah tampan tepat di hadapanku. "Hmm..." aku yang sedang lelap hanya memicingkan mata dan tidur kembali setelah menunggu sekian detik tak ada kata-kata lain yang terlontar dari bibir suamiku dan tak ada sodoran kado di hadapanku. Shubuh ini usiaku dua puluh empat tahun. Ulang tahun pertama sejak pernikahan kami lima bulan yang lalu. Nothing special. Sejak bangun aku cuma diam, kecewa. Tak ada kado, tak ada black forest mini, tak ada setangkai mawar seperti mimpiku semalam. Malas aku beranjak ke kamar mandi. Shalat Subuh kami berdua seperti biasa. Setelah itu kuraih lengan suamiku, dan selalu ia mengecup kening, pipi, terakhir bibirku. Setelah itu diam. Tiba-tiba hari ini aku merasa bukan apa-apa, padahal ini hari istimewaku. Orang yang aku harapkan akan memperlakukanku seperti putri hari ini cuma memandangku. Alat shalat kubereskan dan aku kembali berbaring di kasur tanpa dipanku. Memejamkan mata, menghibur diri, dan mengucapkan. Happy Birthday to Me... Happy Birthday to Me.... Bisik hatiku perih. Tiba-tiba aku terisak. Entah mengapa. Aku sedih di hari ulang tahunku. Kini aku sudah menikah. Terbayang bahwa diriku pantas mendapatkan lebih dari ini. Aku berhak punya suami yang mapan, yang bisa mengantarku ke mana-mana dengan kendaraan. Bisa membelikan blackforest, bisa membelikan aku gamis saat aku hamil begini, bisa mengajakku menginap di sebuah resor di malam dan hari ulang tahunku.

Selasa, 14 Juli 2009

FAKTOR YANG MERENDAHKAN MARTABAT WANITA

FAKTOR YANG MERENDAHKAN MARTABAT WANITA --------------------------------------- Sebenarnya puncak rendahnya martabat wanita adalah datang dari faktor dalam. Bukanlah faktor luar atau yang berbentuk material sebagaimana yang digembar-gemborkan oleh para pejuang hak-hak palsu wanita. Faktor-faktor tersebut ialah: 1) Lupa mengingat Allah Kerana terlalu sibuk dengan tugas dan kegiatan luar atau memelihara anak-anak, maka tidak heran jika banyak wanita yang tidak menyadari bahwa dirinya telah lalai dari mengingat Allah. Dan saat kelalaian ini pada hakikatnya merupakan saat yang paling berbahaya bagi diri mereka, di mana syetan akan mengarahkan hawa nafsu agar memainkan peranannya. Firman Allah s.w.t. di dalam surah al-Jathiah, ayat 23: artinya: " Maka sudahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmunya. Dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya." Sabda Rasulullah s.a.w.: artinya: "Tidak sempurna iman seseorang dari kamu, sehingga dia merasa cenderung kepada apa yang telah aku sampaikan." (Riwayat Tarmizi) Mengingati Allah s.w.t. bukan saja dengan berzikir, tetapi termasuklah menghadiri majlis-majlis ilmu. 2) Mudah tertipu dengan keindahan dunia Keindahan dunia dan kemewahannya memang banyak menjebak wanita ke perangkapnya. Bukan itu saja, malahan syetan dengan mudah memperalatkannya untuk menarik kaum lelaki agar sama-sama bergelimang dengan dosa dan noda. Tidak sedikit yang sanggup durhaka kepada Allah s.w.t. hanya kerana kenikmatan dunia yang terlalu sedikit. Firman Allah s.w.t. di dalam surah al-An'am: artinya: " Dan tidaklah penghidupan dunia ini melainkan permainan dan kelalaian dan sesungguhnya negeri akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa, oleh karena itu tidakkah kamu berfikir." 3) Mudah terpedaya dengan syahwat 4) Lemah iman 5) Bersikap suka menunjuk-nunjuk. Ad-dunya mata' , khoirul mata' al mar'atus sholich Dunia adalah perhiasan, perhiasan dunia yang baik adalah Wanita sholihah

ciri-ciri wanita sholihah

CIRI-CIRI WANITA SOLEHAH

Tidak banyak syarat yang dikenakan oleh Islam untuk seseorang wanita untuk menerima gelar solehah, dan seterusnya menerima pahala syurga yang penuh kenikmatan dari Allah s.w.t. Mereka hanya perlu memenuhi 2 syarat saja yaitu: 1. Taat kepada Allah dan RasulNya 2. Taat kepada suami Perincian dari dua syarat di atas adalah sebagai berikut: 1. Taat kepada Allah dan RasulNya Bagaimana yang dikatakan taat kepada Allah s.w.t. ? - Mencintai Allah s.w.t. dan Rasulullah s.a.w. melebihi dari segala-galanya. - Wajib menutup aurat - Tidak berhias dan berperangai seperti wanita jahiliah - Tidak bermusafir atau bersama dengan lelaki dewasa kecuali ada bersamanya - Sering membantu lelaki dalam perkara kebenaran, kebajikan dan taqwa - Berbuat baik kepada ibu & bapa - Sentiasa bersedekah baik dalam keadaan susah ataupun senang - Tidak berkhalwat dengan lelaki dewasa - Bersikap baik terhadap tetangga 2. Taat kepada suami - Memelihara kewajipan terhadap suami - Sentiasa menyenangkan suami - Menjaga kehormatan diri dan harta suaminya selama suami tiada di rumah. - Tidak cemberut di hadapan suami. - Tidak menolak ajakan suami untuk tidur - Tidak keluar tanpa izin suami. - Tidak meninggikan suara melebihi suara suami - Tidak membantah suaminya dalam kebenaran - Tidak menerima tamu yang dibenci suaminya. - Sentiasa memelihara diri, kebersihan fisik & kecantikannya serta rumah tangga

wanita sholihah

Wanita Shalihah

oleh : K.H. Abdullah Gymnastiar Shalihah atau tidaknya seorang wanita bergantung ketaatannya pada aturan-aturan Allah. Aturan-aturan tersebut berlaku universal, bukan saja bagi wanita yang sudah menikah, tapi juga bagi remaja putri.

MULIALAH wanita shalihah. Di dunia, ia akan menjadi cahaya bagi keluarganya dan berperan melahirkan generasi dambaan. Jika ia wafat, Allah akan menjadikannya bidadari di surga. Kemuliaan wanita shalihah digambarkan Rasulullah Saw. dalam sabdanya, "Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah". (HR. Muslim).

Dalam Al-Quran surat An-Nur: 30-31, Allah Swt. memberikan gambaran wanita shalihah sebagai wanita yang senantiasa mampu menjaga pandangannya. Ia selalu taat kepada Allah dan Rasul Nya. Make up- nya adalah basuhan air wudhu. Lipstiknya adalah dzikir kepada Allah. Celak matanya adalah memperbanyak bacaan Al-Quran.

Wanita shalihah sangat memperhatikan kualitas kata-katanya. Tidak ada dalam sejarahnya seorang wanita shalihah centil, suka jingkrak-jingkrak, dan menjerit-jerit saat mendapatkan kesenangan. Ia akan sangat menjaga setiap tutur katanya agar bernilai bagaikan untaian intan yang penuh makna dan bermutu tinggi. Dia sadar betul bahwa kemuliaannya bersumber dari kemampuannya menjaga diri (iffah).

Wanita shalihah itu murah senyum. Baginya, senyum adalah shadaqah. Namun, senyumnya tetap proporsional. Tidak setiap laki-laki yang dijumpainya diberikan senyuman manis. Senyumnya adalah senyum ibadah yang ikhlas dan tidak menimbulkan fitnah bagi orang lain.

Wanita shalihah juga pintar dalam bergaul. Dengan pergaulan itu, ilmunya akan terus bertambah. Ia akan selalu mengambil hikmah dari orang-orang yang ia temui. Kedekatannya kepada Allah semakin baik dan akan berbuah kebaikan bagi dirinya maupun orang lain.

Ia juga selalu menjaga akhlaknya. Salah satu ciri bahwa imannya kuat adalah kemampuannya memelihara rasa malu. Dengan adanya rasa malu, segala tutur kata dan tindak tanduknya selalu terkontrol. Ia tidak akan berbuat sesuatu yang menyimpang dari bimbingan Al-Quran dan Sunnah. Ia sadar bahwa semakin kurang iman seseorang, makin kurang rasa malunya. Semakin kurang rasa malunya, makin buruk kualitas akhlaknya.

Pada prinsipnya, wanita shalihah adalah wanita yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Rambu-rambu kemuliaannya bukan dari aneka aksesoris yang ia gunakan. Justru ia selalu menjaga kecantikan dirinya agar tidak menjadi fitnah bagi orang lain. Kecantikan satu saat bisa jadi anugerah yang bernilai. Tapi jika tidak hati-hati, kecantikan bisa jadi sumber masalah yang akan menyulitkan pemiliknya sendiri.

Saat mendapat keterbatasan fisik pada dirinya, wanita shalihah tidak akan pernah merasa kecewa dan sakit hati. Ia yakin bahwa kekecewaan adalah bagian dari sikap kufur nikmat. Dia tidak akan merasa minder dengan keterbatasannya. Pribadinya begitu indah sehingga make up apa pun yang dipakainya akan memancarkan cahaya kemuliaan. Bahkan, kalaupun ia "polos" tanpa make up sedikit pun, kecantikan jiwanya akan tetap terpancar dan menyejukkan hati orang-orang di sekitarnya.

Jika ingin menjadi wanita shalihah, maka belajarlah dari lingkungan sekitar dan orang-orang yang kita temui. Ambil ilmunya dari mereka. Bahkan kita bisa mencontoh istri-istri Rasulullah Saw. seperti Aisyah. Ia terkenal dengan kekuatan pikirannya. Seorang istri seperti beliau bisa dijadikan gudang ilmu bagi suami dan anak-anak.

Contoh pula Siti Khadijah, figur istri shalihah penentram batin, pendukung setia, dan penguat semangat suami dalam berjuang di jalan Allah Swt. Beliau berkorban harta, kedudukan, dan dirinya demi membela perjuangan Rasulullah. Begitu kuatnya kesan keshalihahan Khadijah, hingga nama beliau banyak disebut-sebut oleh Rasulullah walau Khadijah sendiri sudah meninggal.

Bisa jadi wanita shalihah muncul dari sebab keturunan. Seorang pelajar yang baik akhlak dan tutur katanya, bisa jadi gambaran seorang ibu yang mendidiknya menjadi manusia berakhlak. Sulit membayangkan, seorang wanita shalihah ujug-ujug muncul tanpa didahului sebuah proses. Di sini, faktor keturunan memainkan peran. Begitu pun dengan pola pendidikan, lingkungan, keteladanan, dan lain-lain. Apa yang tampak, bisa menjadi gambaran bagi sesuatu yang tersembunyi.

Banyak wanita bisa sukses. Namun tidak semua bisa shalihah. Shalihah atau tidaknya seorang wanita bergantung ketaatannya pada aturan-aturan Allah. Aturan-aturan tersebut berlaku universal, bukan saja bagi wanita yang sudah menikah, tapi juga bagi remaja putri. Tidak akan rugi jika seorang remaja putri menjaga sikapnya saat mereka berinteraksi dengan lawan jenis yang bukan mahramnya. Bertemanlah dengan orang-orang yang akan menambah kualitas ilmu, amal, dan ibadah kita. Ada sebuah ungkapan mengatakan, "Jika kita ingin mengenal pribadi seseorang maka lihatlah teman-teman di sekelilingnya."

Peran wanita shalihah sangat besar dalam keluarga, bahkan negara. Kita pernah mendengar bahwa di belakang seorang pemimpin yang sukses ada seorang wanita yang sangat hebat. Jika wanita shalihah ada di belakang para lelaki di dunia ini, maka berapa banyak kesuksesan yang akan diraih. Selama ini, wanita hanya ditempatkan sebagai pelengkap saja, yaitu hanya mendukung dari belakang, tanpa peran tertentu yang serius. Wanita adalah tiang Negara. Bayangkanlah, jika tiang penopang bangunan itu rapuh, maka sudah pasti bangunannya akan roboh dan rata dengan tanah. Tidak akan ada lagi yang tersisa kecuali puing-puing yang nilainya tidak seberapa.

Kita tinggal memilih, apakah akan menjadi tiang yang kuat atau tiang yang rapuh? Jika ingin menjadi tiang yang kuat, kaum wanita harus terus berusaha menjadi wanita shalihah dengan mencontoh pribadi istri-istri Rasulullah. Dengan terus berusaha menjaga kehormatan diri dan keluarga serta memelihara farji-nya, maka pesona wanita shalihah akan melekat pada diri kaum wanita kita. Wallahua'lam.***

--------------- Sumber: MQ Media On Line - Kolom AaGym - Taushiah