Senin, 21 Desember 2009

SURAT TERBUKA UNTUK SANG AKTIFIS DI INDONESIA TERCINTA

"MOHON DIBACA DENGAN CERMAT, TELITI, MENYELURUH DAN TIDAK TERBURU-BURU" Assalamualaikum Wr.Wb Salam pergerkan Tangan terkepal dan maju kemuka Pa kabar sahabat sahbat PMII, HMI, HAMAS, BEM NUSANTARA, IKPM, BEM DI BERBAGAI UNIVERSITAS, ORMAS, DAN SELURUH AKTIFIS LAINNYA,,,,DI INDONESIA TERCINTA, Semoga antum dalam keadaan sehat walafiat serta sukses selalu dalam menjalankan amanah masyarakat luas Indonesia tercinta,, yaitu menyuarakan suara rakyat,,, mengontrol jalannya pemerintahan dan merubah seluruh aspek yang terpuruk, ingat motto kita semua “ SAHABAT KITA SEPAKAT : TUNDUK TERTINDAS ATAU BANGKIT MELAWAN, SEBAB DIAM ADALAH MERUPAKAN SEBUAH BENTUK PENGHIANATAN” Berikut ini adalah info kondisi temen temen kita yang akan belajar ke yaman : (sebagian sudah berangkat ke yaman, namun hingga saat ini belum mendapat iqomah/izin tinggal karena tidak mendapatkan rekomendasi dari DEPAG PUSAT DAN KBRI).MOHON UNTUK DI SUARAKAN, DIKAJI DAN DI FOLLOW UP. Sana’a, selasa 01/12/09 beberapa mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Pelajar Indonesia Yaman yang bernaung dibawah Organisasi Pelajar PPI Wilayah Sana’a, mengadakan silaturahmi sekaligus Audiensi antara Kedutaan Besar Republik Indonesia Sana’a Yaman dengan pengurus PPI dan delegasi Mahasiswa Indonesia dari tiap-tiap Universitas di Yaman yang membahas seputar “ permasalahan Bangsa dan Kemahasiswaan di Yaman Dalam audiensi ini. Ketua DPW PPI Yaman – Sana’a ( Muhlisin ) selaku fasilitator dan pelopor tercetusnya audiensi ini, diberi kesempatan untuk menyampaikan selayang pandang mengenai beberapa permasalahan yang sedang dihadapi oleh masyarakat dan Mahasiswa Indonesia di Yaman, sekaligus memberi gambaran kecil tentang tujuan dari audiensi ini. dalam penyampaianya, ia sangat tegas dan sangat menuntut peran pemerintah dalam menyikapi beberapa permasalahan yang sekarang sedang dihadapi oleh masyarakat dan Mahasiswa Indonesia yang sedang berada di yaman, dan yang menjadi fokusnya (ketua DPW PPI Yaman), yaitu : masalah pemberian surat persetujuan izin tinggal baik itu bagi Mahasiswa yang sudah lama di Yaman ataupun calon Mahasiswa yang masih dalam proses pembuatan izin tinggal, karena dalam hal ini ia ( Ketua DPW PPI Yaman) menganggap bahwa ada unsur kesengejaan dari pihak KBRI untuk mempersulit mahasiswa Indonesia yang ingin dan sedang belajar di Yaman (dugaan sementara. Red). Ia juga sempat mengungkapkan perihal terorisme yang sekarang sedang di labelkan kepada salah satu Universitas di Yaman, yang sebenarnya Bapak Duta Besar ( Drs. Nurul Auliya ) sendiri pernah bertemu dengan Rektor Universitas tersebut, dan juga beberapa alumni dari Universitas tersebut sekarang menjadi staff diKBRI sendiri. Dari beberapa fenomena yang sedikit telah dijelaskan oleh Ketua DPW PPI yaman – Sana’a itu, sangat disayangkan sekali ternyata Bapak Dubes Nampak kurang menerima atas kritikan dan kelihatan merasa dipojokkan dengan beberapa statemen itu, terlebih lagi ketika para Mahasiswa mendesak dan memaksa untuk tetap dimudahkan dalam mendapatkan surat persetujuan izin tinggal baik untuk temen-temen yang baru (yang sudah datang dan yang belum datang ke yaman), maupun yang lama, namun Pak Dubes dengan tegas beliau bilang, “ Tidak Bisa “ “ seolah-olah harapan itu musnah bagi kami. Para Mahasiswa terus melakukan diplomasi positif pada saat itu dengan mengungkapkan beberapa alasan yang rasional sebenarnya, tapi tetap tidak di gubris sama sekali dan Pak Dubes tetap berpegang pada pendirian awal. “ kita harus tetap turut pada kebijakan pemerintah pusat” bantahnya. Jawaban itu dianggap oleh para Mahasiswa bukanlah jawaban yang tepat, karena logikanya, yang tahu secara detail dengan keadaan diYaman bukanlah orang-orang yang berada diIndonesia, tapi mereka yang berada diYaman, yaitu Bapak Dubes sendiri, mahasiswa dan semua element pemerintahan yang berada diYaman. Akhirnya, audiensi ini berakhir dengan meninggalkan kekecewaan dibenak Para Mahasiswa, hingga memicu para Mahasiswa untuk melakukan aksi yang bukan hanya sekedar audiensi. Salah seorang mahasiswa mengatakan dengan lantang “Ini bukanlah akhir dari usaha kita untuk tetap memperjuangkan hak-hak para Mahasiswa, dan jika dalam jangka waktu 2 minggu kedepan tidak ada perubahan dalam kebijakan ini. kami janji, akan melakukan aksi yang lebih besar, selama tingkah pejabat Pemerintahan yang seharusnya memberikan pelayanan dan memudahkan segala urusan malah menjadi penghambat dan pemutus cita-cita generasi bangsa. Namun acara audiensi tidak selesai mpe situ saja,, pasca audiensi kami telah melakukan beberapa langkah positif salahsatunya adalah pendekatan personal dengan pihak KBRI yaitu dengan BIN (badan intelejen Negara) yang ada di yaman dan dengan beberapa staff lainnya ,,, dan sedikit telah kami ketahui sumber atau akar permasalahnya, tapi justru tidak ada alasan konkritnnya. Permasalahan yang paling mendasar adalah mahasiswa Indonesia di Yaman dianggap anarkis,pemerintah menganggap akan membahayakan integriats dan keutuhan Bangsa, padahal sebenarnya kami tidak anarkis/radikal sebagaimana mereka bayangkan, hal itu sudah kami buktikan dengan mengadakan seminar dengan tema “MENGHILANGKAN STIGMA RADIKALISME DIKALANGAN MAHASISWA INDONESIA DI YAMAN” di KBRI bulan lalu kerjasama antara DPW.S PPI Yaman dengan KBRI Sana'a Yaman, namun ternyata hal itu tidak ada pengaruhnya sama sekali terhadap peemrintah pusat,bahkan sebaliknya justru pemerintah semakin ketat. Akibatnya KBRI Sana'a tidak bisa mengeluarkan muwafaqqoh/persetujuan belajar untuk iqomah/izin tinggal,, lagi lagi mereka berdalih hal itu terjadi karena kebijakan dari pemerintah pusat sperti itu ujarnya,, tidak adanya rekomendasi dari KBRI itu karena atas kebijakan dari pemerintah pusat,, adapun KBRI hanya kepanjangan tangan dari pemerintah pusat tegasnya. Prosedur yang sebenarnya adalah KBRI bisa mengeluarkan muwafaqqoh/rekomendasi dengan syarat harus ada rekomendasi dari depag pusat,, sedangkan depag pusat tidak ngasih rekomendsasi kepada calon mahasiswa Indonesia yang akan belajar ke yaman,, tidak tahu permasalahannya apa, tapi setelah di selidiki dan berdasarkan beberapa informasi yang kami dapatkan ternyata ada surat dari BIN yang isisnya kurang lebih melarang mahasiswa Indonesia yang akan belajar di yaman,, hal ini terjadi karena diakibatkan oleh salahsatu oknum (tidak bisa kami sebutkan namanya) yang meledakan BOM di Jakarta, sehingga ditembak mati oleh Polri, ironisnya hal ini berimbas kepada seluruh mahasiswa indonesia (baik yang sudah lama atau yang akan belajar di yaman), hal ini kami anggap pemerintah Indonesia tidak fear,,, untuk itu,dengan hadirnya masalah ini, diMohon kepada seluruh sahabat-sahabat dan aktivis di indonesia agar tidak tinggal diam dengan penomena ini, karena hal ini menyangkut dengan masa depan bangsa,,,,,dan perlu kita ingat kembali bahwa cita-cita Bangsa Indonesia sebagaimana tertuang dalam UUD 1945 dikatakan "MENCERDASKAN KEHIDUPAN BANGSA,lalu dengan seperti itu, apakah ada unsur mencerdaskan kehidupan Bangsa ??? Perlu diketahui, bahwa temen-temen yang akan/dan belajar di yaman kebanyakan itu bukan beasiswa dan yang akan berangkat kesini sekarang ini jelas jelas bukan beasiswa tapi biayaa sendiri,, dan mereka sudah diterima oleh masing masing universitas di sini,, jadi tidak ada alasan dari DEPAG PUSAT/Pemerintah pusat untuk mengadakan tes/uji kelayakan ataupun melarang mereka untuk belajar ke Yaman,,, Tuntutan kami dan wajib Sahabat-Sahabat suarakan adalah sebagai berikut : 1.Suarakan kepada pemerintah pusat di Indonesia agar lebih bijak lagi dalam menyikapi hal ini, tidak semua mahasiswa Indonesia di Yaman anarkis, radikal atau sejenisnya,, jikapun ada!!! itu hanya sebatas oknum yang tidak bertanggung jawab 2.Minta kejelasan tentang kebijakan Pemerintah Pusat/Depag pusat, mengenai kebijakan yang sebenarnya/seharusnya mahasiswa Indonesia Di Yaman 3.Minta kepda Depag pusat, jika Depag mengadkan test bagi calon mahasiswa Indonesia yang akan belajar ke Yaman, maka mereka harus bisa mengeluarkan Beasiswa, dan biaya/keberangkatannyapun harus ditanggung Depag, sejauh ini mereka hanya sebatas mengadakan tes saja, tanpa mengeluarkan beasiswa bagi mahasiswa yang akan berangkat ke sana’a Yaman. 4.Meminta sekaligus mendesak kepada pemerintah pusat agar mengadakan visitasi atau kunjungan langsung ke yaman agar semua praduga yang selama ini dijadikan dalih bagi mereka benar benar jelas sesuai dengan keadaan di yaman, 5.Dan perlu disampaikan kepada pemerintah pusat bahwa kami disini sama sekali tidak beljar tentang terorisme, radikalisme atau sejenisnya, namun kami belajar ilmu syariat (Al Qur’an, HAdist) dan ilmu fiqih dan semua mawad/pelajaran dan mukoror nya pun tidak menyimpang dari ilmu syariat/salafussholeh itu saja yang dapat kami sampaikan semoga hal ini menjadi suatu perhatian, dan PR bagi para aktifis untuk dapat membantu kami dalam menyuarakan keluh kesah kami di Yaman, semoga amal baik antum diterima disisi Allah Swt, sebagai amal Sholeh amiinn Salam pergerakan,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, Wassalamu’alaikum Wr.Wb. PENGURUS DPW.S PPI (PERSATUAN PELAJAR INDONESIA DI YAMAN (Kang Uchien Mualim Ketua DPW.S PPI Yaman) & (Kang Rony Sekjen DPW.S PPI Yaman)

Rabu, 02 Desember 2009

REFLEKSI AUDIENSI

Menindak lanjuti acara Audiensi pada hari selasa, 01 Desember 2009, yang dimulai jam 11.00 s.d jam 13.15 WY, di KBRI Sana’a, maka dengan ini kami atas nama Pelajar Indonesia di Yaman, memohon agar Bapak DUBES RI Sana’a dapat mengeluarkan Surat Persetujuan Belajar guna kelancaran belajar Mahasiswa Indonesia di Yaman, sebagai bahan pertimbangan bagi Bapak, kami ajukan beberapa Statment sebagai berikut : 1.Surat Persetujuan Belajar dari KBRI merupakan harga mati yang menjadi syarat mutlak kelancaran belajar dan perpanjangan izin tinggal bagi Mahasiswa Indonesia di Yaman. 2. Kuantitas Pelajar Indonesia di Yaman merupakan pelajar terbanyak kedua setelah mesir di timur tengah 3. Demi untuk menjaga kesetabilan, ketertiban, keamanan, kenyamanan dan keselamatan Pelajar Indonesia di Yaman 4. Demi menjaga integrasi dan keutuhan Bangsa Indonesia 5. Demi Menjaga hubungan baik antara Pemerintah dan Mahasiswa Indonesia di Yaman 6. Demi meminimalisir sekaligus menghilangkan probabilitas negatif yang akan muncul dikalangan mahasiwa Indonesia di Yaman 7. Demi menumbuhkan rasa saling menghargai dan memiliki rasa tanggungjawab yang tinggi terhadap Bangsa dan Negara Indonesia Demikian surat ini kami buat, atas perhatian dan kerjasamanya, kami ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Sana’a, 02 Desember 2009 Dewan Pengurus Wilayah Persatuan Pelajar Indonesia Yaman – Sana’a (DPW PPI Y-S) Periode 2009/2010 MUHLISIN MUALIM BAKRONI LATAR

Selasa, 01 Desember 2009

Prakata Kedutaan Republik Indonesia dalam buletin DPW PPI Yaman - Sana'a

Bismillahirrahmanirrohim Sebagai wakil KBRI Sana’a saya menyambut baik inisiatif PPI Yaman Sana’a khususnya dari Departemen Pendidikan dan Dakwah untuk memulai menerbitkan bulletin bulanan edisi perdana sebagai realisasi Program kerjanya Dengan penerbitan ini diharapkan pihak PPI Yaman Sana’a dapat secara kontinyu menerbitkan buletinnya dan tentunya dengan isi yang semakin berkembang serta dapat di baca tidak hanya oleh kalangan Santri dan Mahasiswa saja Tapi juga oleh Masyarakat Indonesia lainya mengutip kata mutiara bung Karno (Proklamator dan Presiden Pertama RI) yang mengatakan bahwa’ “apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan betemunya ia dengan kemajuan selangkahpun” keterkaianya dengan penerbitan perdanan bulletin ini tetaplah maju dengan usaha menerbitkanya walaupun biasanya di edisi perdana selalu ditemui kendala dan rintangan, jangan khawatir dan menyerah bilamana yakin dengan bulletin perdana ini akan membawa kebaikan dan kemajuan bagi teman- teman Santri dan Mahasiswa kiranya dalam langkah ini Bulletin bulanan dapat memberi manfaat yang positif bagi Santri dan Mahasiswa Indonesia di Sana’a dalam mengasah ketrampilan jurnalistik serta menambah pengatahuan terima kasih, wassalamualaikum wr.wb Gunadi adisasmita (PF. Ekonomi dan Pensosbud)

prakata ketua DPW PPI YAMAN dalam buletin bulanan

Bismillahirrahmanirohim Sebagai salah satu organisasi induk yang menaungi seluruh pelajar dan mahasiswa Indonesia yang ada di Yaman kami dari Dewan Pengurus Wilayah Persatuan Pelajar Indonesia Yaman- Sana’a. Memandang perlu untuk menerbitkan Buletin bulanan dengan harapan dapat menjadi wadah serta fasilitator yang dapat menumbuhkan kreatifitas tulis menulis di kalangan mahasiswa Indonesia di Yaman Selain itu kita juga berharap bulletin ini nantinya akan bisa menjadi mediator untuk mengembangkan budaya saling menasehati antar sesama saudara dalam bentuk aplikasi yang nyata. Dalam hal ini saya pribadi berterima kasih dan memberikan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang turut ikut berkontribusi dalam penerbitan bulletin perdana ini, yang dimotori langsung oleh Departemen Pendidikan dan Dakwah DPW PPI Yaman-Sana’a. Dan semoga bulletin ini kedepanya bisa terus berinovasi dan mampu memberikan yang terbaik untuk Islam, Negara Indonesia, Pelajar , Mahasiswa , dan Masyarakat Indonesia seluruhnya. Terakhir kami juga mengharapkan adanya peran aktif sahabat-sahabat semua dengan memberikan kritik dan saran demi kemajuan dan perbaikan bulletin yang baru pertama kali kita terbitkan ini. “Gebrakan harus segera dilakukan karena sekarang kita memerlukan aksi bukan konsepsi “ Mukhlisin Mualim Ketua DPW PPI Yaman

Kamis, 19 November 2009

rahasia angka 11...

1. New York City memiliki 11 huruf. 2. Afghanistan memiliki 11 huruf. 3. Ramsin Yuseb (terroris yang menyerang twin tower pada 1993) memiliki 11 huruf. 4. George W Bush memiliki 11 huruf. 5. Twin tower membentuk angka 11. Mungkin itu sebuah kebetulan, tetapi coba lihat : 1. New York adalah negara bagian ke 11 2. Pesawat pertama yang menabrak Twin Tower memiliki nomor penerbangan 11. 3. Pesawat itu mengangkut 92 penumpang, 9+2 = 11. 4. Pesawat 1 lagi yang menabrak Twin Tower mengangkut 65 penumpang, 6+5= 11. 5. Tragedi itu terjadi pada 11 September, 9/11, 9+1+1 = 11 6. Tanggalnya sama dengan pelayanan darurat Amerika yaitu 911, 9+1+1 = 11. Masih kebetulan? baca ini lagi untuk membangkitkan pemikiran kamu : 1. Kejadian ini adalah kecelakaan pesawat ke 254, 2+5+4 = 11. 2. September 11 adalah hari ke 254 dlm tahun itu, 2+5+4 = 11. 3. Pemboman Madrid terjadi pada tgl 3/11/2004, 3+1+1+2+4 = 11. Masih kebetulan, Nah sekarang adalah bukti yang paling mantap : The most recognized symbol for the US, after the Stars & Stripes, is the Eagle. The following verse is taken from the Quran, the Islamic holy book: “For it is written that a son of Arabia would awaken a fearsome Eagle. The wrath of the Eagle would be felt throughout the lands of Allah, while some of the people trembled in despair still more rejoiced: for the wrath of the Eagle cleansed the lands of Allah and there was peace.” That verse is number 9.11 of the Quran. Masih tidak percaya? Silakan coba yang ini, akan membuat bulumu berdiri : Buka Microsoft Word dan lakukan seperti yang dibawah : 1. Ketik Q33 NY, ini adalah nomor penerbangan pesawat pertama yang menabrak Twin Towers. 2. Highlight/Terangkan Q33 NY. 3. Ganti ukuran Font menjadi 48. 4. Ganti jenis Font menjadi WINGDINGS 1 APA YANG KAMU LIHAT ???? http://www.monkey-cool.co.cc/2009/11/misteri-angka-11.html

Minggu, 08 November 2009

Dilema Birokrasi Mahasiswa Indonesia di Yaman

DILEMA BIROKRASI MAHASISWA INDONESIA DI YAMAN Buruknya birokrasi tetap menjadi salah satu problem terbesar bangsa Indonesia, birokrasi yang secara subtansinya merupakan actor publice service yang memberikan pelayanan special bagi masyarakat, dalam beberapa kasus malah menjadi penghambat dan bahkan bisa diindikasikan sebagai actor yang paling berperan dalam memberanguskan kreatifitas generasi bangsa. Seperti yang kita ketahui dalam amandemen international untuk urusan pendidikan di luar negeri bagi Pelajar Indonesa, bahwa siapapun yang telah terdaftar di Universitas di Luar Negeri dan telah mendapatkan surat kesepakatan dan pertanggung jawaban dari pihak Univesitas yang bersangkutan, maka pihak manapun tidak berhak untuk ikut campur, terlebih lagi untuk menghalang-halangi niatan baik itu, selama Universitas tersebut diakui oleh Negara setempat, apalagi kalau calon pelajar tersebut segala urusannya dilakukan dengan biaya pribadi(non beasiswa). Tapi lain halnya bagi pelajar yang ingin melanjutkan studynya di Republik Yaman, Dua tahun terakhir saya perhatikan ada unsur dari pihak pemerintah sendiri untuk mempersulit dan mecari-cari masalah baru yang intinya seolah tidak menginginkan para pelajar yang ada di Indonesia untuk belajar disini. Awalnya pihak pemerintah Indonesia yang ada di Yaman hanya mempersyaratkan kepada calon pelajar Indonesia untuk tidak mengambil izin tinggal (recident permit) dari lembaga yang dikategorikan masih bertarap institusi, atau tempat-tempat kursus yang belum mendapat legitimasi dari Negara setempat, dan perubahan kebijakan yang pada awalnya tidak pernah ada sama sekali ini, sempat mendapat protes keras dari Pelajar yang memang pada saat itu mayoritas mereka mengambil izin tinggal di institusi-institusi tersebut, namun setelah diadakan share dan diskusi antara kedua belah pihak(Pemerintah dan Pelajar) akhirnya para pelajar bisa memaklumi setelah mengetahui beberapa alasan pemerintah melarang hal itu. Namun setelah beberapa bulan kemudian terdengar kabar bahwa pemerintah Indonesia yang ada di Yaman memberikan pesyaratan dan kebijakan baru untuk calon pelajar yang ingin belajar di Yaman. yaitu, dengan tidak memberikan surat persetujuan kepihak Imigrasi Yaman meskipun telah terdaftar disalah satu Universitas, kecuali calon pelajar tersebut telah mendapatkan surat izin dan persetujuan dari pihak DEPAG di Indonesia. dan sebaliknya Depag. tidak akan memberikan surat persetujuan kecuali ada surat persetujuan dari pihak KBRI Yaman. Dengan birokrasi yang berbelit-belit itu, kita para pelajar tetap bisa memakluminya dan menghargai apapun kebijakan yang dikeluarkan oleh pihak pemerintah Indonesia tercinta. Akan tetapi sangat disayangkan, ternyata ketaatan kita terhadap kebijakan-kebijakan baru yang terus dikeluarkan oleh pihak pemerintahan tidak dihargai sama sekali bahkan dimanfaatkan oleh sebagian pihak yang saya nilai memiliki kepentingan dalam hal ini, karena pada tahun ini pemerintah mengeluarkan kebijakan baru bahwa semua calon pelajar yang ingin belajar di Yaman harus di tes Oleh pihak Depag. Meskipun calon mahasiswa tersebut atas biaya sendiri dan telah terdaftar disalah satu Universitas di Yaman dan bahkan telah mendapatkan surat persetujuan dari Pihak KBRI Yaman. Merefleksi dari kebijakan yang terkahir, sebagian pelajar langsung menanyakan perihal pengetesan dari pihak Depag tersebut kepada KBRI Yaman bagian Pensosbud.(pendidikan social dan budaya), dari situ sedikit mendapatkan kejelasan bahwa memang Depag. Pernah mengusulkan untuk diadakan tes bagi calon pelajar yang ingin keYaman, akan tetapi usulan Depag tersebut ditolak Karena mengingat kebanyakan Pelajar yang belajar diYaman atas biaya sendiri dan mengingat calon pelajar mendaftar tidak hanya di satu Universitas. Ironisnya ternyata pihak pemerintahan KBRI sendiri mengetahui perihal kebijakan yang belum disepakati dan telah diberlakukan tersebut dari mahasiswa. hingga saat ini permasalahan itu pun belum ada titik terangnya sama sekali, kedua belah pihak malah saling menyalahkan dan mencari kambing hitam untuk menjustifikasi tindakan mereka masing-masing. Menyedihkan dan memprihatinkan…!!! Dari realita birokrasi yang sangat buruk ini, sangatlah wajar apabila bangsa Indonesia hingga saat ini sepi akan prestasi, karena kebobrokan yang ada dipelopori oleh pajabat Negara Indonesia sendiri, miris memang ketika melihat kondisi bangsa yang carut marut dan dilanda krisis multidimensi berkepanjangan. Namun… harus gimana lagi…wong kita cuma rakyat biasa Mukhlisin Mualim

Jumat, 06 November 2009

Keluarga Sakinah, Hubungan Yang Tanpa Kekerasan

Beberapa waktu lalu saya menghadiri prosesi pernikahan seorang keluarga, petugas KUA selaku pejabat Negara yang mensyahkan hubungan pernikahan mereka berpesan kepada keduanya untuk senantiasa saling menghormati, memahami tugas dan tanggung jawab masing-masing, suami mencari nafkah sedangkan istri mengurus rumah tangga, ia menegaskan bahwa agama merupakan syarat utama membangun keluarga sakinah, mawaddah, warohmah. Dengan mengutip rumusan fiqh yang menjadi basis teologis keluarga islami –( Nikahilah wanita, karena empat hal; ekonomi, status social, kecantikan dan agamanya. Tetapi hendaklah kamu menikahi seseorang karena agamanya) tapi benarkah agama adalah factor utama terbangunya keluarga sakinah, mawaddah dan rahmah? Impresi ini muncul mengamati dua fenomena yang biasa terjadi dalam masyarakat kita; pertama, banyak diantara kita menikahi orang yang seagama, hanya karena menganut agama yang sama Bahkan bagi mereka yang berduit berusaha untuk menikah di tanah suci agar lebih sakral. namun dalam perjalanan waktu banyak yang gagal mempertahankan perkawinan. Mereka sering bertengkar baik karena ketidakcocokan maupun karena kehadiran orang ketiga (entah pacar gelap, PIL, WIL, atau apalah namanya). Mungkinkah disebut keluarga sakinah, jika suatu hubungan sarat dengan kekerasan dan perselingkuhan?? Sebaliknya kedua, tidak sedikit dari pasangan yang menikah beda agama, nyatanya bisa solid, kompak dan abadi bahkan kala sang maut memisahkan, mereka saling mencintai, memahami sehingga dapat mensikapi perbedaan secara wajar dan tidak terpaku pada kelemahan masing-masing. Terlebih mereka sukses secara ekonomi dan dalam karir. Tidakkah fakta ini menjadi bukti bahwa keluarga sakinah tidak mesti seiman seagama?! Beranjak dari sini, saya mencoba memeriksa wacana keluarga sakinah yang dikhotbahkan penghulu ketika mengikat dua sejoli, Untuk tidak dikatakan “merantai” dalam sebuah perjanjian suci, saya artikan perjanjian suci bukan kontrak social, karena akad nikah selalu dibawakan dengan kata “mitsaqan ghalidha” yang dalam Al-Qur’an berarti perjanjian suci Allah dengan para Rasul. Rantai filisofisnya, menikah adalah perjanjian tuhan dengan manusia (sakramen), maka orang yang menerima hal ini bertanggung jawab mengamalkan risalah Tuhan, dalam hal ini risalah tentang kasih dan perdamaian. Untuk membebaskan suami istri dari ketidakadilan. Bagaimana patutnya wacana sakinah diinterpretasikan dalam konteks kekinian? Pertanyaan diatas penting diajukan terutama berkaitan dengan lahirnya UU KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) yang oleh kelompok tertentu dianggap menyalahi Syari’ah (praktek poligami). Sementara yurisprudensi islam (Fiqh) yang berfungsi menderivasi hokum dari wahyu ke dalam term-term yang lebih spesifik sesuai konteks sosio cultural yang mestinya bicara banyak tentang KDRT. Kenyataanya tidak bicara apa-apa. Ia betah berkubang dengan aturan abad ke VII yang menghukum istri bila menolak hasrat suami, melarang istri keluar rumah tanpa izin suami dan seterusnya. Padahal, kekerasan domestic kerap bermuara dari hubungan yang tidak egaliter antara laki-laki dan perempuan dimana satu pihak mendominasi pihak lainnya. Sakinah; Pisau Bermata Dua? Kata sakinah (sikkin;Arab) secara litere berarti pisau tajam mengkilap yang digunakan untuk menyembelih binatang, agar yang disembelih tidak berlama-lama merasakan sakit. Secara definitive berarti kondisi ketentraman seseorang yang dilanda berbagai kecemasan, hasrat seksual, nafsu emosi dan bahkan ketidakpastian berujung pada sakinah, yaitu ketenangan karena adanya pernikahan. Pertanyaanya, kenapa harus dengan pernikahan? Bukankah soal biologis bisa diatasi dengan mengorganisasikan kinerja otak. Otaklah yang memerintah tubuh untuk tidak memikirkan rasa sakit, haus, lapar, ngantuk dan hasrat seksual. Persoalannya bukan sekedar pemenuhan kebutuhan biologis, secara psikologis seorang butuh mengapresiasikan cinta, kehidupan tidak akan bermakna sedikitpun. Manusia memerlukan cinta, karena cinta adalah energi kehidupan. Dalam konteks ini Jalaludin Rumi (1207-1273) dengan tepat menggambarkan “berpasangan kamu diciptakan, dan selamanya akan tetap berpasangan. Bahkan tatkala maut merenggut hidupmu. Cinta yang tulus bagai hujan yang turun lalu menyebar ke bumi………….” Sedangkan secara sosiologis, karena orang hidup dalam masyarakat, orang harus mentaati aturan-aturan yang ada dalam masyarakat untuk mendapat pengakuan social. Tanpa ada kekhawatiran, tanpa takut tidak diakui oleh masyarakat tentang masa depan hubungan itu, terlebih hokum kita masih belum bisa membenarkan hubungan laki-laki dan perempuan yang tanpa komitmen Sehingga sakinah dalam konteks ini tidak diartikan kecuali menggambarkan perasaan yang tentram setelah kendala-kendala psikologis dan sosiologis terlewati, tak ada kekhawatiran bahwa akan ada perbuatan beban dosa dalam menjalani hubungan serta memikul tanggung jawab (yang tentunya harus di konkrit dalam bentuk hokum yang adil) Sementara kata mahabbah berasal dari kata hub yang berarti cinta yaitu rasa sayang bercampur nafsu, Mahabbah adalah perasaan kasih terhadap manusia yang terjadi secara alamiah, perasaan itulah yang membuahkan hasil bernama pengorbanan. Dalam mahabbah ini ada rasa cemburu, rindu dan ingin memiliki, dan ketika belahan jiwa telah ditemukan kita akan mendapatkan ketentraman (sakinah) tidak lain adalah perhentian terakhir dalam perjalanan mistik seorang yang beriman dan sumber utamanya tidak lain dan tidak bukan adalah kekasih Tuhan. Mawaddah (wud) adalah rasa ketertarikan secara pribadi dari seorang laki-laki terhadap perempuan atau sebaliknya, cinta yang diwujudkan dalam Wud adalah cinta yang tervisualisasi. Dengan mawaddah berarti cinta yang saling berkehendak dan berkeinginan untuk saling memiliki, akan tetapi iman bukan sekedar percaya. Santo agustinus dalam salah satu dictumnya mengatakan “Res tantum cognoscitus quantum diligitur” yang artinya seseorang hanya dapat mengenal sesuatu sejauh ia mengasihinya. Tergurat jelas mengenali disini bukan dimaksudkan sekedar mengenal mental dan pikiran, keinginan dan memahami membuat mereka dapat mensikapi perbedaan secara wajar dan tidak terpaku pada kelemahan-kelemahan pasangan, mencintai membuat orang menerima pasangan secara apa adanya. Mengenal bukan sekedar afeksi, psikomotorik terlebih kognisi. Kalau hal itu dilakukan maka hasilnya adalah budi mengikuti hati nurani dan hasilnya adalah pemahaman bathin, hal itulah yang akan mendorong orang untuk melakukan tindakan yang bermuara pada pertimbangan-pertimbangan suara hati, artinya menuju apa saja yang baik bagi sesama, atas dasar itupula bertindak tidak memperhatikan bagaimana nanti orang lain memperlakukan dan membalas cintanya “Nyawa demi terkasih adalah tindakan cinta teragung” namun tidak terhenti menjadi satu idiom dalam wajah sesungguhnya yaitu sebagai semangat dan nafas yang menghidupkan manusia dalam perjalanan rasionalnya terhadap Allah Rahmah, kasih sayang dalam tafsir Al-Jalalaini adalah kasih sayang yang tuhan berikan kepada seluruh manusia, alam manusia diikat dalam tali kasih sayang yang sejati, maka pengertian berkorban, pamrih tidak berlaku disini. Syarat utama dalam membangun keluarga sakinah adalah kafa’ah. Dalam buku-buku fiqh klasik, kafa’ah diterjemahkan setara, berdasarkan hadist riwayat bukhari dan muslim “nikahilah wanita, karena empat hal; ekonomi, status social, kecantikan dan agamanya. Tetapi hendaklah kamu menikahi seseorang karena agamanya” diatas. Namun, sayangnya setara selama ini dipahami dengan melulu masalahnya adalah ketika egaliter, dan salah satu merasa mendominasi pihak lainnya. Karena banyaknya kalangan yang menaruh agama sebagai prasyarat utama. Egaliter, kafa’ah (kesetaraan) secara normative memang berarti satu aqidah atau seiman, agama disini mestinya masalahnya adalah ketika salah satu pihak ingin mendominasi pihak lainnya. Namun secara psikologis kafa’ah berarti mata indera (cantik atau ganteng) fisik atau bisikan hati (sifat) dan belahan jiwa (love is blind). Jika merujuk pada pengertian secara harfiah tadi maka konsep keluarga sakinah juga harus berubah. Apakah Keluarga sakinah tidak mesti seagama? Namun bukan berarti peran agama tidak dibutuhkan disitulah agama menjadi important thing but not everything. Karena Soalnya akan menjadi berubah ketika ketaatan religius dipahami sekedar kepatuhan dalam menjalankan ibadah yang bersifat vertical, antara manusia dengan tuhan. Dan, kesalehan lebih ditekankan pada aspek ritual formal, sementara aspek ritual formal itu dipahami sebagai domain yang terpisah atau kurang memiliki keterkaitan dengan persoalan kemanusiaan atau kehidupan social yang konkret. Esensi agama sesungguhnya mengajarkan manusia mengamalkan kasih dan menjunjung tinggi rasa cinta kasih dan keadilan tanpa memandang perbedaan agama suku, etnis, bila itu tak menjasad dalam agama, maka agama hanya menjadi belenggu bagi yang dimaksudkan hokum fiqh tentang hubungan muslim dan non muslim pada prinsipnya adalah kajian mengenai bagian-bagian dari hokum islam yang mengarah pada bagaimana kaum muslim memandang agama lain, misalnya terhadap orang kristiani serta mengembangkan nilai-nilai syari’ah yang tentunya termasuk di dalamnya konsep-konsep Muamalah dan juga munakahat….

Selasa, 27 Oktober 2009

Upaya menghilangkan stigma Radikalisme 2

"Apakah Mahasiswa Indonesia di yaman Radikal ???" Pada Hari Sabtu, 24 Oktober 2009, di Kantor KBRI Sana'a Yaman Polemik serta lontaran panas mengenai mahasiswa Indonesia di Yaman, yang dikenal sebagai mahasiswa Indonesia yang radikal, sungguh memilukan, dan membabat habis citra mahasiswa dan seluruh unsur kenegaraan Indonesia yang berada di Yaman. Hal itu terjadi karena disebabkan oleh ulah tangan-tangan manusia yang tidak bertanggung jawab, dan ulah manusia yang hanya sebatas mengikuti hawa nafsu dan kepentingan pribadi/golongannya semata. Bukan hanya sebatas kekhawatiran akan hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap mahasiswa Indonesia di Yaman, akan tetapi hal ini juga nantinya akan sangat mengganggu stabilitas keamanan, pendidikan, ketenangan, kenyamanan, ketentraman dan daya konsentrasi belajar mahasiswa, dan jika hal ini dibiarkan terus menerus pada akhirnya nanti juga akan berakibat pada rusaknya kedaulatan, persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia yang kita cintai. Namun demikian mahasiswa Indonesia di Yaman tetap memiliki sebuah power untuk menyikapi dan mencari solusi atas hujatan, lontaran dan stigma negatif yang tidak sedap di dengar, atas dasar problematika di atas Dewan Pengurus Wilayah Sana'a Persatuan Pelajar Indonesia (DPW-S PPI Yaman), memandang perlu merumuskan sebuah jalan konkret, tepat dan akurat untuk mematahkan stigma-stigma yang sedang berkembang itu. Beberapa langkah yang ditempuh mahasiswa Indonesia di Yaman, yang dikemas oleh suatu wadah organisasi pelajar (DPW-S PPI Yaman), yaitu dengan cara memberikan motivasi untuk meningkatan prestasi belajar, meningkatkan nilai-nilai dasar akhlaqul karimah, dan dengan cara publikasi pernyataan sikap melalui beberapa media masa, juga lewat jalan yang baru saja kita tempuh yaitu seminar, dengan mengusung tema "MENGHILANGKAN STIGMA RADIKALISME DIKALANGAN MAHASISWA INDONESIA DI YAMAN" atas kerja sama seluruh mahasiswa Indonesia di Yaman di bawah naungan DPW-S PPI Yaman dan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Yaman. Seminar kali ini cukup berbeda dengan seminar-seminar sebelumnya, seminar yang di buka langsung oleh bapak Duta Besar Republik Indonesia di Yaman Drs Nurul Auliya, dikemas sebagai bentuk kepedulian kita terhadap keutuhan ukhuwah Islamiyyah serta kemajuan dan stabilitas bangsa Indonesia ini dibagi ke dalam dua kategori. Kategori pertama yaitu penyampaian tentang bagaimana ulama memandang radikalisme dalam beragama, yang langsung disampaikan oleh ulama' besar Yaman Syekh Abul Hasan Al-Ma'ribie, dengan harapan agar bisa menjadi modal dasar kita untuk menyikapi radikalisme dalam beragama yang ada di Indonesia yang akan di bahas pada kategori acara seminar yang kedua yaitu penyampaian sikap mahasiswa Indonesia dari tiap-tiap lembaga dan universitas yang ada di Yaman yang diwakili langsung oleh Ust Uwaisul Qurni (Al Eman University), Ust Imam Mahmudi (Hudaidah University), Ust Abu Kholil (Ma'reb University) dan Ust Abdul Wahid (Andalus University), serta tanya jawab dengan moderator Bakroni Latar, notulen Ust Mulyadi Ramelan, ketua OC Marchumi Rumambay dan di komandoi oleh ketua DPW-S PPI Yaman saudara Muhlisin Mualim. Seminar tersebut dihadiri lebih dari 150 orang dari berbagai macam lapisan masyarakat Indonesia yang ada di Yaman, mulai dari pejabat KBRI, Mahasiswa, Ibu-ibu Dharma wanita, dan beberapa undangan dari kalangan mahasiswa asli Yaman, serta beberapa tamu undangan lainnya. Acara seminar berjalan dengan lancar, tertib dan aman, dimulai dari pukul 08.30 pagi hari sampai pukul 16.14 sore waktu setempat, banyak faidah yang didapatkan oleh mahasiswa Indonesia di Yaman, selain suasana haru dan keakraban yang sangat kentara antara aparatur negara dengan Mahasiswa dan orang-orang Yaman yang hadir, meski selama ini kita jarang bertatap muka mengingat tempat yang berjauhan antar-Universitas, melalui seminar ini kita juga bisa saling share dan berbagi pandangan tentang apa itu radikalisme dan bagaimana kita menghasilkan sebuah solusi konkrit untuk berlepas diri dari fenomena aktifitas label radikal yang selama ini menjadi polemik yang sangat signifikan di kalangan mahasiswa Indonesia di Yaman. Karena fenomena seperti itu menjadi sebuah pertanyaan besar, apakah mahasiswa Indonesia di Yaman itu seluruhnya radikal, hanya gara-gara ulah satu orang alumni mahasiswa Indonesia yang pernah kuliah di yaman, disinyalir terkait dengan kasus pengeboman di hotel Marriot Jakarta, lantas masyarakat Indonesia mengecam bahwa Mahasiswa Indonesia di Yaman itu radikal. Kecaman seperti itu tentu tidaklah bijak, karena satu orang yang melakukan suatu kesalahan tidaklah bisa dijadikan sebagai justifikasi bahwa mahasiswa Indonesia yang belajar di Yaman semuanya radikal. Seminar yang di gagas oleh Dewan Pengurus Wilayah Sana'a Persatuan pelajar Indonesia (DPW-S PPI Yaman) ini diharapkan dapat membawa angin segar bagi semua Pelajar dan mahasiswa Indonesia di Yaman, atas adanya distorsi informasi di tengah masyarakat yang berlarut panas itu, karena seminar tersebut secara langsung menunjukan cermin radikal atau tidaknya mahasiswa Indonesia di Yaman. Dari seminar yang digelar oleh DPW-S PPI Yaman dihasilkan beberapa konklusi atau pernyataan sikap sebagai berikut: 1. Mahasiswa Indonesia di Yaman mengecam keras apapun bentuk tindakan yang mengarah kepada radikalisme, karena radikalisme sangat bertolak belakang dengan ajaran Islam. 2. Islam mengajarkan kedamaian, Islam merupakan potret keselamatan, ketentraman, kesejahteraan dan kedamaian, sistem penyebarannyapun penuh dengan kedamaian, dan kearifan, seperti apa yang telah di contohkan oleh Rosulullah SAW. 3. Islam tidak meyakini dan membenarkan agama lain akan tetapi Islam menghargai dan mengakui keberadaannya, serta menghormati dan toleransi terhadap pemeluknya. 4. Islam adalah Islam, tidak ada label radikal, teroris, pluralis, dan lain sebagainya, label seperti itu hanya sebatas stratak orang Yahudi dan Nasrani yang ingin memecah belah persatuan dan kesatuan ummat Islam. 5. Pemakalah, nara sumber, peserta seminar dan semua yang hadir sepakat bahwa mahasiswa Indonesia di Yaman bukanlah tipe Mahasiswa yang radikal, 6. Latar belakang adanya gejala radikalisme disebabkan karena kurang fahamnya terhadap arti penting ilmu syariat, sehingga diperlukan pengkajian yang lebih mendalam dari sumbernya tentang ilmu tersebut. 7. Kewajiban para alim ulama, tholabul Ilmi, Mahasiswa, aparatur pemerintah, dewan guru, dan seluruh warga negara Indonesia untuk dapat mentarbiyah/mendidik, atau memberikan suatu pemahaman yang baik dan benar tentang syariat Islam. 8. Rujukan yang benar dalam menyikapi polemik seperti itu adalah dengan melihat manhaj pembelajaran pada masing-masing Universitas tempat kita belajar, dan didapatkan bahwa tiap tiap Universitas tidak terlepas dari Al-Qur'an dan Assunnah, selebihnya jika tindakan alumni Mahasiswa tersebut melenceng dari apa yang telah diajarkan, itu diluar tanggung jawab Universitas dan tidak ada sangkut pautnya dengan Unversitas dimana ia belajar. 9. Imbauan keras terhadap seluruh warga negara Indonesia di tanah air tercinta agar tidak cemas, waswas, bahkan fhobia dan sejenisnya dengan kehadiran alumni Mahasiswa Indonesia dari Yaman, karena Mahasiswa Yaman tidaklah ekstrim atau radikal sebagaimana stigma yang sedang berkembang saat ini, karena itu hanyalah tindakan sebagian oknum yang tidak bertanggung jawab. Dan diharapkan semoga seminar ini akan menjadi ajang yang dapat membangun motivasi dan semangat juang positif untuk persatuan Ummat serta kemajuan negara dan akan menjadi wacana yang dapat membuka mata kita lebih luas dalam mengenal semua masalah ummat dan negara dan mengetahui bagaimana cara kita bisa ikut berkontribusi. Muhlisin Mualim Ketua DPW PPI Yaman-Sana'a uchien_elmuallim@yahoo.com

Senin, 26 Oktober 2009

upaya menghilangkan stigma radikalisme 1

Pekan lalu Rabu (6/10) saya selaku perwakilan dari Persatuan Pelajar Indonesia Yaman bersama empat orang dari perwakilan KBRI Yaman-Sana’a mengadakan kunjungan silaturahmi di Provinsi Ma’rib Yaman sekaligus melakukan upaya mencari jalan keluar dalam memperbaiki kembali citra mahasiswa Yaman dimata masyarakat Indonesia khususnya dan masyarakat dunia pada umumnya terlepas adanya distorsi informasi yang berkembang di tengah masyarakat. Dalam kunjungan tersebut kita sempat mengadakan dialog dengan seorang pakar yaitu Syaikh Abu Al-hasan yang telah menerbitakan berbagai macam buku, kaset dan juga sering di undang pada even-even internasional yang berkaitan dengan radikalisme dalam beragama. Dalam dialog tersebut beliau mengatakan bahwa radikalisme dalam beragama bukanlah tindakan yang bisa di benarkan, dan beliau siap bekerjasama dengan pihak manapun untuk menyingkirkan semua itu, kita telah melakukan berbagai upaya dan tindakan preventif untuk meminimalisir hal tersebut meskipun hasilnya belum maksimal, terlebih lagi tindakan kekerasan yang mengatas namakan agama, karena saya yakin semua orang menginginkan keamanan, baik itu rakyat, pejabat, orang kaya, orang miskin bahkan semua makhluk yang ada di langit dan bumi ini..karena keamanan merupakan tangga untuk mencapai kebahagiaan didunia dan akhirat, dengan keamanan kita bisa menjalankan ibadah tanpa rasa takut, kita juga bisa mencari rejeki dengan keleluasaan tanpa adanya kegelisahan. Kesalahan yang ada didalam pemerintahan seharusnya diselesaikan dengan komunikasi, mendiskusikanya, menerangkan apa yang salah dan memperingatkanya dengan cara yang lebih baik supaya Amar ma’ruf yang secara subtansinya mengajak kepada hal yang baik tetap menjadi baik dan bukan malah memperburuk suasana. Berdakwah dengan mengebom, menghancurkan, dan merusak fasilitas yang ada tidak akan pernah menghasilkan apa-apa, jangankan orang Kafir bahkan ummat islam sendiri merasa phobia terhadap agamanya karena melihat tindakan-tindakan radikal yang di lakukan atas nama agamanya tersebut. Radikalisme dalam beragama saya pandang tidak ada baiknya sama sekali. Hal senada juga di ungkapkan oleh salah seorang mehasiswa senior disana yang mengatakan bahwa radikalisme hanya akan merusak citra islam itu sendiri, islam yang sejatinya memberikan rahmat bagi seluruh alam ternodai dengan tingkah sebagian oknum yang mengatas namakan agama, paparnya. Setiap orang memang diberi kebebasan untuk memilih jalanya sendiri, tapi juga harus diingat, bahwa jalan yang kita pilih juga menyangkut nasib orang lain dan kita dari PPI Yaman selaku organisasi induk bekerjasama dengan KBRI yang menaungi semua masyarakat, pelajar dan mahasiswa Indonesia disini akan terus melakukan usaha untuk menghilangkan stigma radikalisme tersebut, karena fenomena aktivitas label radikal itu akan semakin menjadi jadi jika kita biarkan. Puncaknya dalam waktu dekat ini tepatnya Sabtu (24/10) PPI Yaman Bekerjasama dengan Pihak KBRI Yaman akan mengadakan seminar dan mengangkat tema “ MEWUJUDKAN ISLAM YANG RAHMATAN LI AL-ALAMIN” dan dalam seminar ini, insyaAllah kita akan melibatkan semua lembaga pendidikan (terdapat di dalamnya mahasiswa Indonesia.red) baik yang formal maupun non formal yang ada di seluruh Negara Yaman untuk ikut berpartisipasi dalam mensukseskan seminar ini. Yang bertujuan untuk mengkaji kembali radikalisme kontemporer menurut perspektif islam sekaligus memberitahukan kepada dunia bahwa kita cinta kedamaian. Muhlisin Mualim Ketua DPW PPI Yaman-Sana’a

Rabu, 21 Oktober 2009

Surat Terbuka Untuk Pak Presiden

Assalamualaikum Wr. Wb. Yth Bapak Presiden Republik Indonesia Saya adalah seorang bocah laki-laki berumur 10 th, saya mempunyai kakak perempuan berusia 12 th dan adik berusia 5 th. Kini kami bertiga telah yatim piatu dan sekarang sudah tidak bersekolah lagi, keadaan yang memaksa kami untuk hidup dijalanan, saya berdagang koran, kakak dan adik saya menjadi pengemis dan pengamen jalanan. Bermula dari Lumpur itu Dahulu sebelum bencana itu datang, keluarga kami masih mempunyai kehidupan normal, meski kami hanya hidup dalam rumah kecil dengan sedikit perabotan seadanya. Ayah seorang anak tunggal bekerja sebagai buruh, kemudian berhenti dan berwiraswasta membuka warung kelontong didepan rumah, sedangkan Ibu bekerja sebagai TKW di Timur tengah dan selalu mengirimkan uang tiap bulan kepada keluarga kami.

Kematian Ibu Enam bulan sebelum lumpur itu menghancurkan rumah kami, musibah terjadi menimpa ibu, Ia hampir diperkosa majikannya tetapi berhasil kabur keluar rumah setelah menusuk majikan nya itu dengan sebuah pisau buah. Tetapi keluarga majikan malah memfitnah ibu dengan fitnah keji, ibu dituduh merayu dan membunuh majikan. Ketika Ibu ditangkap dan didakwa dengan hukuman gantung, Ibu sangat syok, tiada yang membelanya karena semua bukti direkayasa. Pemerintah dalam hal ini KBRI tidak bisa memberikan pertolongan apa-apa, kecuali hanya sekedar simpati. Disana ibu berjuang sendiri, tidak ada yang perduli dengan dirinya yang hanya sebagai korban, dan pertolongan pemerintah sebagai tempat terakhir seakan-akan seperti pungguk merindukan bulan. Para petinggi itu seakan tidak peduli akan nasib ibu, tidak ada usaha untuk membuktikan bahwa ibu difitnah oleh majikannya. Dalam masa penahanannya, ibu mengirim surat-suratnya kepada kami, surat-surat yang membuat kami menangis setiap hari, membuat bapak selalu pingsan dan membuat si bungsu dan kakak perempuanku merintih setiap malam. Hanya aku sebagai anak lelaki yang paling besar yang berusaha tabah dan menyabarkan keluargaku. Hari-hari ceria berubah menjadi kelam, canda tawa kami seketika menghilang dalam gelapnya episode yang akan kami lalui nanti. Sampai suatu ketika dalam surat terakhirnya, ibu menyuruh bapak untuk tabah dan kuat untuk melanjutkan kehidupan keluarga kami, ia memilih jalan yang terhormat ketimbang mati dalam kondisi difitnah. Dua hari setelah itu, kami mendengar ibu tewas bunuh diri didalam penjara. Ternyata jalan terhormat itu yang dimaksud ibu dalam surat terakhirnya adalah gantung diri. Setelah kematian Ibu, kehidupan berjalan normal kembali dan bapak melaksanakan janjinya, ia tidak terlihat cengeng, bahkan lebih tegar, terbukti dengan niatnya berwiraswasta dengan membuka warung kelontong yang cukup ramai, bahkan bapak nekad meminjam uang untuk menambah modal usahanya. Ia katakan kepadaku kalau ingin besar harus berani mengambil resiko besar pula. Bencana itu Roda kehidupan berjalan bagai pedati menarik jerami, ia berputar kadang diatas dan kadang dibawah. Belum lama kami berhasil tersenyum kembali sejak kematian ibu, bencana yang lebih besar datang, kampung halaman kami terendam lumpur yang berasal dari pipa pengeboran perusahaan swasta.Lumpur itu melululantahkan rumah-rumah kami dan terpaksa kami menjadi pengungsi dikampung halaman sendiri. Rumah kami, sekolah kami, surau kami kini hilang ditelan bumi, memang katanya ada penggantian dari perusahaan itu, tapi ternyata penggantian itu hanya berlaku untuk rumah-rumah yang terdaftar di lembaga penanggulangan lumpur milik pemerintah dengan mengajukan surat-surat tanah, sedang rumah kami, rumah kecil warisan dari kakek kami, yang hanya terletak diujung jalan tidak pernah dihitung oleh mereka. Kami berusaha melaporkan kepada Pak RT, tetapi Pak RT sendiri kami tak tahu dimana rimbanya, beliau sudah pergi entah kemana karena rumahnya pun telah hilang. Ayah kami yang lugu tak tahu harus meminta tolong kepada siapa, dan ia bingung harus melakukan apa, bahkan ia sering berteriak-teriak seperti orang gila karena tak sanggup menahan beban derita yang berkepanjangan karena ganti rugi tak jua dibayar-bayar. Sampai pada suatu ketika, ia menyuruh kami untuk ke Jakarta meneruskan sisa-sisa hidup kami untuk menumpang kepada seorang kerabat ibu disana. Dibekali secarik kertas alamat dan sedikit uang kami bertiga pergi ke jakarta menumpang bus malam diantar tetangga kami. Sesampai di Jakarta, kami tak tahu harus kemana, kami pun tidak mengerti mengapa ayah menyuruh kami pergi ke kota besar ini, selain ia hanya bilang bahwa kita lebih baik tinggal bersama kerabat ibu yang tinggal disini. Ayah akan berjuang mendapatkan haknya untuk menuntut penggantian uang gantirugi atas rumah kami, begitu katanya sambil tertawa terbahak-bahak sambil menangis. Terakhir, kata tetangga kami ayah kami harus meninggal karena gantung diri sebab tak kuat lagi untuk menahan berat hidup. Di jakarta, kami luntang-lantung tak tahu harus kemana, sampai akhirnya kami dirazia oleh satpol PP karena disangka kami pengemis dan gelandangan. Dan memang saat itu, tanpa sadar bahwa kami memang telah menjadi gelandangan. Kami tak punya siapa-siapa di kota besar ini, rumah tempat tinggal kami dipaksa untuk hilang dari muka bumi, sekolah kami dan masa depan kami dirampas dengan paksa oleh orang-orang itu yang entah siapa mereka dan apa kesalahan kami. Yang kami tahu kami dan teman-teman kami tercerai berai oleh bencana itu, bencana yang oleh Bapak Presiden dibilang sebagai “Musibah” sedang bagi kami tetaplah sebagai bencana. Selepas dari pemeriksaan satpol PP, kami ditolong oleh seorang tua penjual koran yang juga tertangkap oleh petugas itu. Ia membawa kami untuk tinggal digubuknya yang sempit seraya berjanji untuk mencari alamat kerabat ibu kami. Digubuk yang terletak disamping rel itu, kami meneruskan sisa-sisa nafas kami, kami tinggalkan masa kanak-kanak kami dengan berjuang untuk bertahan hidup. Saat anak-anak yang lain bercengkerama dengan teman sekolahnya, adik kami yang seharusnya duduk dibangku TK, terpaksa berlari-lari dijalanan untuk mengemis dari satu kendaraan ke kendaraan lain tak peduli kaki mungilnya menghitam dan rambut kritingnya memerah karena sengatan matahari. Setiap ada kendaraan yg lewat dan berhenti, tangan kecilnya tak lupa untuk menengadah berharap ada pengendara yang berbaik hati memberikan sedekahnya. Sedangkan aku, berdiri dan berlari-lari diperempatan jalan sambil meneriakan koran yang aku jajakan sejak subuh tadi, semoga ada pembeli yang mau membaca koranku pagi ini. Dan kakakku, karena ia memiliki suara merdu, ia menjadi pengamen jalanan dengan sebuah kericikan ditangan. Ia yang seharusnya duduk di bangku SMP dengan kecerdasan yang dimilikinya, seharusnya bisa merenda masa depan yang lebih baik. Semua pekerjaan itu kami lakukan dengan terpaksa, dari pagi hingga malam demi menyambung hari esok, demi menggapai impian-impian anak-anak kecil seperti kami. Bapak Presiden yang saya hormati. Karena seringnya membaca koran, kini aku menjadi tahu tentang siapa dirimu, dan apa saja yang bisa engkau lakukan dengan kekuatan hebat yang engkau miliki. Karena sering membaca koran itu juga aku bisa menulis surat ini untuk mu, Ternyata engkaulah orang yang selama ini aku cari-cari. Engkaulah orang yang bisa merubah nasib kami dengan sekali perintah saja, orang yang memiliki kesanggupan untuk merubah dunia ditangannya. Orang yang bisa merubah nasib Ibuku jika saat itu ia mau tahu dan membantu dengan bantuan hukum, orang yang bisa mengembalikan rumah kami yang hilang terendam lumpur, orang yang bisa menyembuhkan sakit gila ayahku, orang yang bisa menyekolahkan si bungsu adikku, juga aku dan kakakku, orang yang bisa menampung anak-anak seperti kami dalam rumah yg nyaman, orang yang bisa membuat cerah masa depan kami dan ribuan anak-anak jalanan lainnya yang terjebak dalam kondisi ini bukan karena inilah nasib mereka, tetapi karena dipaksa oleh orang dewasa yang tidak berprikemanusiaan. Bapak Presiden, yang aku kagumi, Pagi ini setelah melihat berita engkau dilantik, aku ingin engkau menggunakan kekuatan hebatmu untuk membantu kami menemukan kembali kebahagiaan kami yang hilang. Mengembalikan keceriaan sibungsu, memuluskan kembali jari-jari tangannya yang terbakar aspal dan memutihkan kembali mukanya yang tertutup debu jalanan. Juga mengembalikan tawa riang kakak kami yang menghilang sejak ayah sakit jiwa dan menyegarkan kembali wajahnya yang cantik dengan untaian senyumnya seperti beberapa tahun lalu. Juga membantuku mewujudkan cita-cita Ibu dan harapan ayah pada diriku untuk menjadi orang yang berguna bagi sesama. Engkau Juga adalah orang yang bisa melindungi anak-anak seperti kami yang terpaksa mencari nafkah dijalanan, dari jeratan undang-undang ketertiban milik pemda yang senantiasa bisa menjerat kami kedalam penjara. Bapak Presiden yang aku hormati, Jika engkau tidak bisa menggunakan kekuatan hebatmu untuk kami, tidak mengapa, aku tidak akan marah, begitu juga adik dan kakak ku. Kami terbiasa tidak meminta kepada orang lain, kami terbiasa tidak menggantungkan hidup kepada manusia lain. Keluarga kami terbiasa hidup keras dan tidak lemah. Satu-satunya tempat bergantung kami hanyalah Allah, Tuhan pemilik dunia ini, itulah yang sering almarhum ibu sampaikan kepada kami, untuk menghibur diri kami saat kami jauh darinya. Jika engkau sulit untuk mewujudkan harapan kami, juga harapan ribuan anak jalanan lainnya, juga harapan jutaan kaum yang senasib dengan kami, kami hanya meminta kepada engkau untuk mengaminkan doa kami saja, semoga kami bisa menggantikan posisi engkau ketika kami dewasa nanti. Karena kami ingin menolong orang yang bernasib seperti ibu kami, kami ingin menolong orang yang senasib dengan keluarga kami, juga keluarga-keluarga lainnya yang kurang beruntung hidup dinegeri ini. Sampaikan salam kami untuk para pembantu engkau, agar beliau juga mengamini doa kami, agar kami dapat menggantikan posisi mereka kelak jika kami besar. Agar Si bungsu kelak akan tercapai cita-citanya menjadi orang yg menyayangi orang lain dengan sepenuh hati seperti sayangnya pak tua penjual koran itu kepada kami, setiap pagi ketika hidup mulai bergulir kembali. Bapak Presiden yang kami hormati, semoga engkau membaca surat kami. Wassalamualaikum Wr.Wb. Dari anak negeri yg terhempas di jalanan karena nasib yang kurang beruntung. 20 Oktober 2009, Tengah malam bertepatan dengan pelantikan Presiden/Wakil Presiden RI periode 2009-2014 Rojali. Sumber : http://rojalidahlan.blogspot.com/2009/10/surat-terbuka-untuk-bapak-presiden.html

Senin, 31 Agustus 2009

Ramadhan yang Memerdekakan

sabili.co.id Sudah bukan hal baru bila melihat tayangan televisi, ajaran Islam seakan-akan identik dengan hal-hal yang mistis dan teroris. Umat Islam diidentikkan dengan kaum pinggiran. Biasanya kalau orang Islam yang taat divisualkan sebagai orang miskin. Kalau yang kaya digambarkan sebagai seorang tamak dan kikir. Padahal dalam dunia nyata tak begitu. Visualisasi itu jelas bertolak belakang dengan ajaran Islam itu sendiri. Penggambaran ini jelas sangat merugikan. Memang kenyataannya, umat Islam saat ini sedang berada dalam masa yang mencemaskan. Banyak negara-negara yang dihuni mayoritas Muslim saat ini menderita kemiskinan, penindasan, pembantaian dan penjajahan. br />
Namun harapan dan doa tak putus kita panjatkan dalam setiap kesempatan. Ramadhan sebentar lagi akan tiba. Bulan suci ini kita jadikan momentum untuk menyamakan persepsi bahwa kita ini sebenarnya adalah satu tubuh. Apabila salah satu organ tubuh terserang sakit, maka seluruh tubuh akan merasakan sakit yang sama. Ramadhan yang akan kita sambut kedatangannya ini, hendaknya kita jadikan momentum untuk memperbaiki citra umat Islam yang masih banyak dipandang sebelah mata. Yang perlu kita hadirkan saat ini adalah pencitraan bahwa Islam itu indah, menyenangkan dan memberikan motivasi bagi penganutnya. Jauh dari anggapan yang ditayangkan di layar kaca. Kelemahan umatnya saat ini tidaklah identik dengan ajaran Islam itu sendiri. Betapapun, kenyataan ini sangat menyedihkan kita. Tinggal beberapa hari lagi, kita kedatangan bulan Ramadhan. Seyogianyalah kita menyambutnya dengan suka cita. Para sahabat dan tabi'in senantiasa memanjatkan doa agar dipertemukan kembali dengan bulan Ramadhan. "Ya Allah, sampaikan kami kepada bulan Ramadhan berikutnya." Keutamaan ini bisa dilihat dari turunnya al-Qur'an pada bulan Ramadhan. Ini merupakan tanda yang cukup jelas betapa mulianya bulan ini. “Beberapa hari yang ditentukan itu ialah bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur,” (QS al-Baqarah: 185). Ramadhan merupakan bulan puasa, bulan mendirikan shalat, bulan memperbanyak bacaan al-Qur'an, bulan yang penuh rahmat, maghfirah dan pembebasan dari api neraka. Bulan dimana segala amal kebaikan dilipatgandakan, bulan segala doa dikabulkan dan derajatnya ditinggikan. Bulan kemenangan dan bulan kemerdekaan. Allah mewajibkan puasa ini agar kita bisa bertakwa dengan sesungguhnya. Firman Allah, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS al-Baqarah: 183) Takwa adalah buah dari puasa. Puasa akan menjadi perisai baginya agar tidak tertembus godaan syetan. Takwa merupakan kombinasi kebijakan dan pengetahuan. Takwa adalah gabungan antara perkataan dan perbuatan. Semua perintah Allah bukan untuk-Nya, tapi untuk manusia itu sendiri. Karena itu, sebagai umatnya kita wajib menaati apa yang diperintahkan dan menjauhi larangan-Nya. Itulah yang dinamakan merdeka, penghambaan hanya kepada Allah saja. Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah ra, Rasulullah saw bersabda: "Ketika telah masuk bulan Ramadhan maka dibukalah pintu-pintu langit, ditutup pintu-pintu neraka jahanam dan syetan-syetan dibeleggu." Dalam riwayat Bukhari lainnya disebutkan, "Ketika telah tiba bulan Ramadhan maka dibukakan pintu-pintu surga." Jadi dalam bulan yang suci ini Allah menjauhkan semua penyebab kehancuran. Manusia sibuk melakukan ibadah, mengekang hawa nafsu mereka dengan beribadah, berdzikir dan membaca al-Qur'an. Ini sekaligus penggugah hamba yang Mukmin bahwa tak ada alasan lagi kesempatan untuk meninggalkan ibadah dan taat kepada Allah. Bulan Ramadhan ajang untuk meratap kepada Allah agar kita terbebas dari segala kesusahan, ketertindasan dan kezaliman musuh-musuh kita. Semoga umat ini juga ditunjukkan ke jalan yang benar, yaitu jalan dimana para pejuang kebenaran diberikan kejayaan atas orang-orang pembuat kerusakan. Agar kita bisa meraih keutamaan Ramadhan, selayaknya kita mempersiapkannya dari sekarang.

Rabu, 19 Agustus 2009

Romantisnya Rosulullah SAW

eramuslim, Buat para suami-suami, seringkali kita memperdebatkan dan memperbincangkan permasalahan yang berkaitan dengan kebahagiaan berumah tangga. Seorang bapak (suami), pernah bertanya dalam sebuah dialog interaktif konsultasi keluarga di sebuah situs Islam lokal, tentang bagaimana mendapatkan kasih sayang dan pengabdian istri. Dan yang tidak kalah 'heboh', tidak sedikit pertanyaan yang ujung-ujungnya ingin melakukan poligami dengan berbagai alasan tentunya. Poligami, jelas sangat diperbolehkan dan dicontohkan oleh baginda Rasul meski pun dalam tradisi dan budaya masyarakat kita, beristri lebih dari satu masih merupakan hal yang dianggap tidak lazim bahkan tabu. Namun sepertinya, ada hal yang sering terlupakan oleh para suami, sudahkah kita mencontoh Rasulullah dalam urusan romantisme berumahtangga? Sehingga Nabi SAW -karena romantismenya yang luar biasa terhadap para istri beliau- tidak pernah kita mendengar ada masalah yang besar dalam rumah tangga bersama para istrinya.

Jadi, untuk sementara kesampingkan dulu masalah seperti ketidakbahagiaan beristri yang usianya lebih tua, rumahtangga tidak harmonis, sehingga memunculkan wacana yang saat ini sedang ngetrend; poligami. Padahal sesungguhnya jika kita mau merenunginya kembali, bisa jadi permasalahan utamanya sangat sederhana; kita kurang romantis! Mari kemudian kita cermati tauladan dari Rasulullah, manusia agung yang sangat romantis terhadap istri-istrinya sebelum kita bicarakan niat atau kemungkinan untuk berpoligami. Rasulullah SAW adalah contoh yang terbaik seorang suami yang mengamalkan sistem Poligami. Baginda Nabi sangat romantis kepada semua istrinya. Dalam satu kisah diceritakan, pada suatu hari istri-istri Rasul berkumpul ke hadapan suaminya dan bertanya, "Diantara istri-istri Rasul, siapakah yang paling disayangi?". Rasulullah SAW hanya tersenyum lalu berkata, "Aku akan beritahukan kepada kalian nanti" Setelah itu, dalam kesempatan yang berbeda, Rasulullah memberikan sebuah kepada istri-istrinya masing-masing sebuah cincin seraya berpesan agar tidak memberitahu kepada istri-istri yang lain. Lalu suatu hari hari para istri Rasulullah itu berkumpul lagi dan mengajukan pertanyaan yang sama. Lalu Rasulullah SAW menjawab, "Yang paling aku sayangi adalah yang kuberikan cincin kepadanya". Kemudian, istri-istri Nabi SAW itu tersenyum puas karena menyangka hanya dirinya saja yang mendapat cincin dan merasakan bahwa dirinya tidak terasing. Masih ada amalan-amalan lain yang bisa dilakukan untuk mendapatkan suasana romatis seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW. Rasulullah SAW pernah bersabda, "Apabila pasangan suami istri berpegangan tangan, dosa-dosa akan keluar melalui celah-celah jari mereka". Rasulullah SAW selalu berpegangan tangan dengan Aisyah ketika di dalam rumah. Beliau acapkali memotong kuku istrinya, mandi janabat bersama, atau mengajak salah satu istrinya bepergian, setelah sebelumnya mengundinya untuk menambah kasih dan sayang di antara mereka. Baginda Nabi SAW juga selalu memanggil istri-istrinya dengan panggilan yang menyenangkan dan membuat hati berbunga-bunga. "Wahai si pipi kemerah-merahan" adalah contoh panggilan yang selalu beliau ucapkan tatkala memanggil Aisyah. Itulah sedikit contoh romantisme Rasulullah SAW yang dapat kita teladani dan praktekkan dalam kehidupan berumahtangga. Tentu, masih banyak contoh romantisme lainnya. Kepada suami-suami yang baik, mulailah bersikap lembut dan berupaya membuat sang istri selalu mengembang senyumnya. Peganglah tangan istri anda setiap waktu, setiap kesempatan. Begitu pula para istri-istri yang sholehah, peganglah juga tangan suami anda untuk menghapuskan segala dosa-dosa. Jadi, jika kita bisa meniru romantisme ala Rasul, sehingga istri pun membalas dengan yang tidak kalah romantisnya, masalah mana lagi yang sempat mampir dalam bahtera rumahtangga kita? Ibarat kata, tidak ada makanan di rumah pun bisa diselesaikan berdua dengan tetap tersenyum, bukan begitu?

Doa di kala ragu akan dirinya

Bagi yang sedang bimbang oleh sang kekasih, nih ada do'a yang bagus untuk diamalkan. Selamat Mengamalkan ya....:) Ya Allah... Seandainya telah Engkau catatkan dia akan mejadi teman menapaki hidup Satukanlah hatinya dengan hatiku Titipkanlah kebahagiaan diantara kami Agar kemesraan itu abadi Dan ya Allah... ya Tuhanku yang Maha Mengasihi Seiringkanlah kami melayari hidup ini Ke tepian yang sejahtera dan abadi Tetapi ya Allah... Seandainya telah Engkau takdirkan...

...Dia bukan milikku Bawalah ia jauh dari pandanganku Luputkanlah ia dari ingatanku Ambillah kebahagiaan ketika dia ada disisiku Dan peliharalah aku dari kekecewaan Serta ya Allah ya Tuhanku yang Maha Mengerti... Berikanlah aku kekuatan Melontar bayangannya jauh ke dada langit Hilang bersama senja nan merah Agarku bisa berbahagia walaupun tanpa bersama dengannya Dan ya Allah yang tercinta... Gantikanlah yang telah hilang Tumbuhkanlah kembali yang telah patah Walaupun tidak sama dengan dirinya.... Ya Allah ya Tuhanku... Pasrahkanlah aku dengan takdirMu Sesungguhnya apa yang telah Engkau takdirkan Adalah yang terbaik buatku Karena Engkau Maha Mengetahui Segala yang terbaik buat hambaMu ini Ya Allah... Cukuplah Engkau saja yang menjadi pemeliharaku Di dunia dan di akhirat Dengarlah rintihan dari hambaMu yang daif ini ---------------------------------------- Jangan Engkau biarkan aku sendirian Di dunia ini maupun di akhirat ---------------------------------------- Menjuruskan aku ke arah kemaksiatan dan kemungkaran Maka kurniakanlah aku seorang pasangan yang beriman Supaya aku dan dia dapat membina kesejahteraan hidup Ke jalan yang Engkau ridhai Dan kurniakanlah padaku keturunan yang soleh Amin... Ya Rabbal 'Alamin

Senin, 10 Agustus 2009

kumpulan artikel tentang nikah

yach cuma sekedar berbagi informasi...bagi mereka yang haus akan ilmu apa lagi mereka yang umurnya sudah hampir kadarluarsa atau ekspayer gitu kayaknya artikel kali ini penting banget buat kamu..bukan nyinggung yeee..tapi emang kenyatanya kayak gitu..kamu mau tahu gak judulnya paan?? kumpulan artikel-artikel tentang nikah..nah penasarankan!!! klu gitu berhubung filenya PDF jadi mesti klik disini buat download...semoga bermanfaat dan cepet dapet jodoh...Amin!!!



Lulusan Yaman Teroriskah???

Beberapa waktu yang lalu, kita mahasiswa Indonesia di timur tengah khususnya di Yaman terkejut mendengar berita bahwa ada seseorang lulusan yaman timur tengah termasuk dalam daftar pencarian polisi terkait dengan kasus terorisme. Berita ini kami dapatkan disitus detik. Com dan kalau sobat mau lebih jelas tentang beritanya silakan klik disni Sebenarnya kami atau sayalah lebih tepatnya keberatan dan kecewa dengan pemberitaan itu, karna saya pikir pemberitaan itu terlalu dan bisa membuat asumsi masyarakat terhadap alumni Yemen menjadi tidak baik, padahal itu sebenarnya hanya kasus perorangan atau personal bukan kasus alumni sini atau sana dan yang membuat kita lebih kecewa lagi berita itu tidak berdasarkan berita yang falid.

hanya mengambil dari pengakuan beberapa orang yang sebenarnya tidak bisa dijadikan sebagai bahan untuk memvonis seseorang..apa lagi sampe bawa-bawa nama lulusan.. Mungkin hanya sebatas info>>> saya akan memberi tahu alamat-alamat situs universitas..yang biasanya anak Indonesia kuliyah di tempat itu.. Univ. Yemenia,Wathoniyah, Saba, Yemen, Saince and Technologi, Sana'a, dan Mustaqbal, semua universitas ini ada di ibu kota Yaman yaitu Sana Nah silahkan klik satu satu semua universitas diatas dan periksa semua kurikulum dan mata kuliyahnya ada gak yang membahas tentang terorisme, atau cara ngebom,atau apalah yang masih ada kaitanya dengan terorisme,duch kayaknya gak banget dech!!! Ya kalau menurut saya sich pelajaran disini nggak beda-beda amat dengan pelajaran di universitas-universitas Indonesia..Cuma ada sedikit yang membuat kita ada nilai plusnya yach paling bahasa doank…dan itu pun teruntuk bagi orang orang yang rajin belajar, rajin ngaji, rajin ngafal, rajin berinterksi dengan orang arab..pokoknya rajin semuanya lah.. klu yang ggak rajin ya sama aja.. Sebenarnya eggak ada maksud dan motivasi apapun, hanya sekedar ingin membersihkan nama baik yang sudah sedikit ternodai..khususnya nama baik alumni Yaman.. Karna bagaimanapun juga tetap akan ada imbas dari semua ini kepada kita kedepanya..padahal kita kan anak baek..rajin minum susu, sikat gigi, nggak nakal kok pak Presiden, mbah detik juga tu, tolong beritanya jangan terlalu,,seolah olah alumni Yaman parah banget.. Kita nggak gitu kok… Kita cinta kedamaian..cinta Indonesia..cinta tanah air.. Hidup Indonesia.. Sahabat blogger bantuin kita dengan motivasinya, beri semangat buat kita supaya rajin belajar..dan ketika kembali ketanah air nanti bisa membuat dan merubah Indonesia menjadi lebih baik lagi.. Hidup Indonesia!!!

Selasa, 28 Juli 2009

Kekasih Standard vs Kekasih Sejati

Kekasih standard selalu ingat senyum di wajahmu... Kekasih sejati juga mengingat wajahmu waktu sedih... Kekasih standard akan membawamu makan makanan yang enak-enak... Kekasih sejati akan mempersiapkan makanan yang kamu suka... Kekasih standard setiap detik selalu menunggu telpon dari kamu... Kekasih sejati setiap detik selalu teringat ingin menelponmu... Kekasih standart selalu mendoakan mu kebahagiaan... Kekasih sejati selalu berusaha memberimu kebahagiaan...

Kekasih standard mengharapkan kamu berubah demi dia... Kekasih sejati mengharapkan dia bisa berubah untuk kamu... Kekasih standard paling sebal kamu menelpon waktu dia tidur... Kekasih sejati akan menanyakan kenapa sekarang kamu baru telpon...? Kekasih standard akan mencarimu untuk membahas kesulitanmu... Kekasih sejati akan mencarimu untuk memecahkan kesulitanmu... Kekasih standard selalu bertanya mengapa kamu selalu membuatnya sedih...? Kekasih sejati akan selalu mananyakan diri sendiri mengapa membuat kamu sedih...? Kekasih standard selalu memikirkan penyebab perpisahan... Kekasih sejati memecahkan penyebab perpisahan... Kekasih standard bisa melihat semua yang telah dia korbankan untukmu... Kekasih sejati bisa melihat semua yang telah kamu korbankan untuknya... Kekasih standard berpikir bahwa pertengkaran adalah akhir dari segalanya... Kekasih sejati berpikir, jika tidak pernah bertengkar tidak bisa disebut cinta sejati... Kekasih standard selalu ingin kamu disampingnya menemaninya selamanya... Kekasih sejati selalu berharap selamanya bisa disampingmu menemanimu...

Feminisme koq..salah kaprah?

Feminisme rasanya tidak asing lagi di telinga kita. Adalah gerakan yang diawali oleh persepsi tentang ketimpangan posisi keperempuanan. Kartini -pahlawan Indonesia-red- biasa menyebutnya dengan Emansipasi. Pada awalnya feminisme bangkit untuk membela para wanita dari ketertindasan serta menuntut penyerataan hak perempuan dan laki-laki dalam segala bidang. Tapi kemudian Feminisme, yang semula lahir sebagai gerakan yang membela kaum wanita dalam meningkatkan harga diri wanita yang ingin dinilai sesuai dengan potensinya sebagai manusia tanpa harus memandang gender, kemudian mulai disalahartikan. Ingin menaikan harga diri tapi malah menjatuhkan (harga) diri sendiri.

Sedikit cerita, di Austria kesalahpahaman mengenai arti kata “Feminisme”, membuat bocah 14 tahun mau bertukar pasangan 3 kali dalam sehari. Ketika ditanya alasannya, kemudian ia menerangkan “Boys can do it, then why we can`t…saya merasa bangga bisa menaklukan 3 orang cowok dalam sehari. Dan diantara mereka tidak perlu ada yang tahu satu dengan lainnya. Itu kan yang biasa dilakukan pria, seenaknya berganti-ganti pasangan, kemudian menyakiti para gadis”. Di belahan negara lainnya, seorang wanita menuntut persamaan toilet, karena wanita diyakini juga dapat (maaf) kencing berdiri seperti halnya pria. Saya juga pernah mendengar adanya gerakan “Feminisme bertelanjang dada” dan “gerakan pembakaran BH”. Feminisme kemudian disalahartikan oleh kaum wanita itu sendiri. Banyak wanita yang menjadi korban salah kaprah ini. Ironis sekali, Feminisme yang terlahir sebagai cita-cita mulia para wanita pendahulu, kemudian berubah menjadi kemerosotan harga diri seorang wanita, yang lucunya - namun juga menyedihkan – si wanita itu sendiri tidak menyadarinya. Menyadari bahwa ia telah menjatuhkan harga dirinya. Di Indonesia sendiri? Virginitas bagi wanita Indonesia(tidak semuanya), sekarang bukanlah suatu hal yang patut dipertahankan lagi. Saya pernah bertanya pada seorang teman -wanita juga-red- , apa yang menyebabkan wanita tak perlu lagi mempertahankan ke-virgin-annya, ia menjawab “Kalau pria saja bisa mengobral ke-virgin-annya(keperjakaan), mengapa kita harus menjaganya? Saat kita mulai menjalani hubungan itu(pacaran), kita gak pernah tau apakah dia masih(perjaka) atau gak. Lagian bukan suatu hal yang aneh lagi jika di zaman sekarang ini banyak cewek yang gak virgin lagi”. Benarkah jawaban atas semua itu adalah zaman semata? Kerancuan anggapan mengenai “Feminisme” inilah yang perlu dibenahi.Anggapan yang kemudian menggeser tradisi dan budaya yang kita banggakan dengan budaya kiriman yang baru (Western). Hal lain! Menurut pengamatan yang saya lakukan, rupanya di Indonesia, Bandung khususnya, rokok menjadi komoditas utama yang digemari wanita-wanita zaman sekarang, selain pakaian dan cemilan. Menurut sebagian diantaranya, rokok lebih bisa menenangkan pikiran, dibandingkan shopping&ngemil –ada sebagian wanita yang lari dari permasalahan dengan cara-cara ini-red. Dan alasan lainnya, tentu saja “cowok juga ngerokok kok… kenapa kita-kita gak boleh??” Padahal tidak perlu di jelaskan lagi, semua yang saya jabarkan di atas (termasuk rokok), tak lain akan merugikan kaum wanita itu sendiri. Sebodoh itukah wanita-wanita sekarang? “Feminisme”(radikal) telah menutup mata hati mereka untuk melihat kerugian yang mereka alami. Sebodoh itukah? Padahal banyak diantara mereka yang mengeyam pendidikan dan pengajaran. Bukan saatnya kita berdebat apakah karena saking bodohnya mereka atau saking pintarnya. Saatnya sekarang wanita-wanita bangkit memperjuangkan Feminisme yang sebenarnya. Bagi wanita-wanita yang sudah telanjur pada kesalahan yang tidak ‘disengaja’ tadi, bangkitlah dari keterpurukan. Bagi wanita-wanita yang mampu melihat fenomena ini, bantulah untuk bangkit. Kita harus benar-benar bersatu. O ya! Bagaimana kalau saya ajak anda-anda berpikir sebaliknya? Kalau selama ini wanita selalu saja dituntut untuk menjaga budaya ketimuran (yang semula dirasa menguntungkan kaum pria), hingga akhirnya muncul yang namanya “Feminisme”yang kemudian disalah-artikan, dan menyebabkan serba salah. Bagaimana kalau sekarang kita yang menuntut mereka-kaum pria-red- untuk tidak hanya menuntut keperawanan, tapi mereka juga harus menjaganya (keperjakaan) juga. Kita sudah terlalu sering mengikuti mereka, bahkan membuat mereka menjadi satu acuan kesetaraan. Bagaimana kalau sekarang, mereka mengikuti kita? Harus dimengerti memang, kalau wanita perawan sekarang sangat jarang ditemui. Oleh karena itu pria sebaiknya tak usah mempermasalahkan Virginitas wanita(biarkan kaum wanita itu sendiri yang mempermasalahkan dan mencari solusi bagi dirinya). Pria sebaiknya lebih menghargai wanita, baik ia virgin (apalagi) atau tidak virgin (apa boleh buat). Toh selama ini wanita selalu menghargai pria tanpa memandang Virgin atau tidaknya. Dan sekali lagi, jangan hanya menuntut wanita untuk menjaga kaidah-kaidah ketimuran. Pria juga wajib menjaga dong (pahala), sebagaimana kaidah-kaidah keagamaan. Selama ini wanita dituntut untuk lebih mengerti dan mau menjaga. Pria? Rasanya tidak ada tuntut yang seperti itu dalam hal ini. Mengenai rokok? Katakan saja ”Ngertilah....hari gini gitu loh..(zaman sekarang). Kalian-pria-red- juga jangan ngerokok dong.. jangan cuma bisa ngelarang doang”. Kenapa saya katakan zaman sekarang? Zaman yang udah berubah mau gak mau harus kita terima sementara, sebelum kita benar-benar mengubahnya. Bagaimana? Siap untuk merubahnya wanita-wanita? Memperjuangkan hak-hak wanita yang sebenarnya? Anda yang tahu jawabannya. Anda juga yang lebih tahu caranya. Oleh : Oleh: Riski Rani Putri, Hj.

Tentara Masa Depan untuk Medan Perang Digital

Impian Amerika Serikat untuk mewujudkan tentara masa depan menuju kenyataan. Sebuah perusahaan pertahanan, General Dinamycs kini sedang mengembangkan sebuah seragam perang berkabel untuk para tentara. Proyek senilai US$3 milyar ini, akan menghasilkan seragam perang yang menghubungkan tentara dengan tank, dan drone (peralatan perang yang dapat dikendalikan dari jauh, berfungsi untuk memata-matai) dalam sebuah jaringan.

The Straits Times, Senin (16/6/2003) memberitakan, proyek seragam berkabel yang akan dikembangkan oleh General Dynamics adalah perwujudan gambaran tentang tentara masa depan. Seragam ini akan dilengkapi dengan kemampuan memonitor detak jantung dan laju pernafasan. Tidak ketinggalan juga, ada helm yang dapat menangkap rekaman video secara real-time dari beberapa drone. Angkatan Bersenjata Amerika Serikat mengharapkan agar rancangan seragam perang ini selesai dibuat pada tahun 2006. Unit pertamanya diharapkan bisa dicoba pada tahun 2010 nanti. Harga masing-masing seragam diperkirakan berkisar dari US$10.000 sampai US$ 30.000. Pembuatan seragam baru ini merupakan bagian dari usaha untuk memodernisasi angkatan bersenjata, untuk bertempur di medan tempur digital dimana para tentara, tank, dan drone dihubungkan pada suatu jaringan umum. Tentara akan menggunakan baju dalaman yang dihubungkan dengan sensor-sensor tubuh dan dapat menerima video dari drone untuk melacak gerakan musuh. "Proses transformasi angkatan bersenjata ini merupakan usaha penting untuk mewujudkan jaringan yang menghubungkan tentara dengan sistem persenjataan, kendaraan, dan pesawat udara, untuk mewujudkan tim tempur yang kohesif dan terintegrasi yang memiliki kekuatan dalam aksi tempurnya," kata Letnan Jenderal John Riggs, yang mengetuai usaha modernisasi angkatan bersenjata. Seorang tentara menjelaskan bahwa pada seragam perang ini, helm memiliki fungsi tambahan. Tidak hanya untuk melindungi, helm ini dilengkapi sebuah kamera, antena GPS (Global Positioning System), dan mikropon dan alat penerima. "Program ini akan memungkinkan tentara untuk melakukan pengawasan pada ancaman-ancaman tak terduga ," ujar MR Scott Myers, wakil presiden unti Eagle Enterprise dari General Dynamics. Program ini juga akan mengurangi 50 persen (22,5 kg) beban persenjataan yang harus dibawa oleh para tentara. Sebuah kendaraan bernama 'mule' berfungsi sebagai pembawa bahan makanan dan amunisi, ungkap Dutch DeGay, teknisi untuk program seragam berkabel ini. Namun, program ini memunculkan pertanyaan tentang operabilitasnya di medan tempur. Dan kekhawatiran muncul dari kalangan industri, kalau-kalau teknologi canggih ini membahayakan pasukan.

Senin, 27 Juli 2009

Al-Qur'an.adalah pengharum abadi

Pernahkah anda mendengar atau membaca sebuah kisah tentang kuburan Abdullah bin ghalib yang berbau wangi???jika diantara anda sudah ada yang pernah mendengar atau membaca maka disini saya hanya ingin mengingatkan kembali tentang kisah tersebut. Seandainya diantara anda masih ada yang belum pernah sama sekali mendengar atau membaca kisah ini maka disini saya akan menuliskan kembali kisah tersebut sebagai suatu pengetahuan yang bisa dipetik hikmah dan pesannya untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sebagai seorang yang beriman dan bertakwa.

Mungkin diantara anda ada yang pernah mengenal nama “Abdullah bin Ghalib” atau diantara anda masih merasa asing mendengar nama tersebut. Tahukah anda bahwa Abdullah bin Ghalib adalah salah satu dari hamba Allah SWT yang diberi anugerah, yaitu banyak membaca Al-Qur’an dan berpuasa. Dengan banyak membaca Al-Qur’an dan berpuasa, ternyata ketika beliau meninggal dunia pada tahun 152 H dan dikuburkan, menyeruaklah dari kuburannya harum minyak wangi kesturi. Suatu hari salah satu sahabat beliau bermimpi bertemu dengan beliau dan bertanya, “Wahai Abdullah, apa yang engkau lakukan?” “Aku melakukan yang terbaik, “ jawab beliau. “Kemana engkau pergi?” Tanya sahabat beliau. “Ke surga,” jawab beliau. “Dengan apa engkau bisa masuk surga?” Tanya sahabat beliau lagi. “Dengan keyakinan yang amat baik, terus-menerus bertahajud, banyak berpuasa sunnah, dan menjauhi apa yang diharamkan,” jawab beliau. “Harum wangi apa yang terdapat dalam kuburanmu?” Tanya sahabat beliau. “Itu adalah wanginya bacaan Al-Qur’an dan banyaknya puasa sunnah,” jawab beliau. “Wasiatkanlah kami, wahai Abdullah,” “Berbuatlah yang terbaik buat dirimu. Janganlah berlalu siang dan malam dengan sia-sia,” pesan beliau. Dari kisah tersebut, dapat kita ambil sebuah pelajaran yang sangat berharga untuk kehidupan kita dunia-akhirat terutama untuk kehidupan akhirat kelak. Kunci utama untuk membuka pintu surga sehingga kita bisa masuk kedalamnya adalah dengan kita memiliki keyakinan yang amat baik, sholat tahajud secara terus-menerus, melakukan banyak berpuasa sunnah dan selalu menjauhi apa yang diharamkan oleh Allah SWT. Semua itu merupakan kunci untuk masuk kedalam surga-Nya. Jika kita ingin tempat tinggal kita yang abadi (kuburan) selalu berbau wangi maka banyak-banyaklah membaca Al-Qur’an kapanpun dan dimanapun. Selain itu, banyaklah berpuasa sunnah. Untuk itu, selagi kita masih diberi kesempatan untuk berbuat yang terbaik dalam kehidupan kita. Maka berbuatlah yang terbaik untuk dirimu sendiri, janganlah berlalu siang dan malam dengan sia-sia agar selamat di dunia dan akhirat sehingga kita dapat memasuki surga yang telah Allah SWT janjikan bagi orang-orang yang beriman dan bertakwa.

Minggu, 26 Juli 2009

Ibu yang anaknya di culik itu

Ibu terkulai di kursi seperti orang mati. Pintu, jendela, televisi, telepon, perabotan, buku, cangkir teh, dan lain-lain masih seperti dulu—tetapi waktu telah berlalu sepuluh tahun. Tinggal Ibu kini di ruang keluarga itu, masih terkulai seperti sepuluh tahun yang lalu. Rambut, wajah, dan busananya bagai menunjuk keberadaan waktu. Telepon berdering. Ibu tersentak bangun dan langsung menyambar telepon. Diangkatnya ke telinga. Ternyata yang berbunyi telepon genggam. Ketika disambarnya pula, deringnya sudah berhenti. Ibu bergumam.

”Hmmh. Ibu Saleha, ibunya Saras yang dulu jadi pacar Satria. Sekarang apapun yang terjadi dengan Saras dibicarakannya sama aku, seperti Saras itu punya dua ibu. Dulu almarhum Bapak suka sinis sama Ibu Saleha, karena seperti memberi tanda kalau Saras itu tentunya tidak bisa terus menerus menunggu Satria. ’Orang hilang diculik kok tidak mendapat simpati,’ kata Bapak. Kenyataannya selama sepuluh tahun Saras tidak pernah bisa pacaran sama siapapun. ’Saya selalu teringat Satria, Ibu, saya tidak bisa’,” katanya. ”Tapi inilah soal yang pernah kubicarakan sama Si Saras. ’Kuhargai cintamu yang besar kepada Satria, sehingga kamu selalu terlibat urusan orang-orang hilang ini,’ kataku, ’tapi cinta adalah soal kata hati, Saras, karena kalau terlalu banyak alasan dan perhitungan dalam percintaan, nanti tidak ada tempat untuk hati lagi…’ Ah, Saras, memang rasanya ia seperti anakku juga. Semenjak Bapak meninggal setahun yang lalu, rasanya semakin peduli dia kepada rumah ini, membantu aku membereskan kamar Satria, seperti tahu betul rasa kehilanganku setelah ditinggal Bapak…” Ibu sudah sampai ke kursi tempatnya duduk tadi, dan duduk lagi di situ. Ibu terdiam, melihat ke kursi tempat Bapak biasanya duduk. Lantas melihat ke sekeliling. ”Bapak… Kursi itu, meja itu, lukisan itu, ruangan ini, ruang dan waktu yang seperti ini, kok semuanya mengingatkan kembali kepada Bapak. Seperti ini juga keadaannya, bahkan aku masih ingat juga pakai daster ini ketika kami berbicara tentang hilangnya Satria. Waktu itu sudah setahun Satria tidak kembali, dan kami masih seperti orang menunggu. Aku waktu itu masih percaya Satria suatu hari akan kembali… Kenapa harus tidak percaya, kalau memang tidak pernah kulihat sesuatu yang membuktikan betapa Satria tidak akan kembali… Apa salahnya punya harapan… Hidup begitu singkat, apa jadinya kalau harapan saja kita tidak punya… ”Jadi dalam setahun itu harapanlah yang membuatku bertahan hidup. Harapan bahwa pada suatu hari Satria pasti pulang kembali… Berharap dan menunggu. Berharap dan menunggu. Berharap dan menunggu. Tapi Bapak memaksa aku untuk percaya bahwa Satria sudah pergi. ’Satria sudah mati,’ katanya!” Ia menggigit bibir, berusaha sangat amat keras untuk menahan tangis. ”Tidak! Aku tidak mau percaya itu! Meski dalam hatiku sudah terlalu sering kuingkari diriku, bahwa kemungkinan besar Satria mestinya sudah mati.” Ibu memandang ke arah kursi Bapak. ”Pak, Bapak, kenapa kamu hancurkan semua harapanku? ’Kita harus menerima kenyataan,’ katamu. Nanti dulu, Pak. Menerima? Menerima? Baik. Aku terima Satria sudah mati sekarang. Tapi aku tidak terima kalau Satria itu boleh diculik, dianiaya, dan akhirnya dibunuh.” Perempuan dengan rambut kelabu itu tampak kuat kembali. ”Bapak sendiri yang bilang, ada teman Satria yang dibebaskan bercerita: Sebelum dilepas tutup matanya dibuka. Di hadapannya, orang-orang yang menculiknya itu menggelar foto-foto di atas meja. Itulah foto-foto keluarga teman Satria yang diculik. Foto orangtuanya, foto saudara-saudaranya. Lantas orang-orang itu berkata, ’Kami tahu siapa saja keluarga Saudara.’ ”Huh! Saudara! Mana mungkin manusia bersaudara dengan monyet-monyet! Apalagi maksudnya kalau bukan mengancam kan? Bapak bilang teman Satria ini juga bercerita, suatu hari salah seorang yang waktu itu mengancam terlihat sedang memandangi dirinya waktu dia baru naik bis kota. Ini apa maksudnya Pak? Supaya teman Satria itu tidak boleh bercerita tentang perbuatan mereka? Teror kelas kambing maksudnya? Apakah ini semua boleh kita terima begitu saja?” Saat Ibu menghela nafas, ruangan itu bagaikan mendadak sunyi. ”Sudah sepuluh tahun. Satria sudah mati. Bapak sudah mati. Munir juga sudah mati.” Dipandangnya kursi Bapak lagi. Sebuah kursi kayu dengan bantalan jalinan rotan. Jalinan yang sudah lepas dan ujungnya menceruat di sana-sini. ”Apa Bapak ketemu sama Satria di sana? Enak bener Bapak ya? Meninggalkan aku sunyi sendiri di sini. Apa Bapak dan Satria tertawa-tawa di atas sana melihat aku membereskan kamar Satria, menata gelas dan piring, sekarang untuk kalian berdua, setiap waktu makan tiba, padahal aku selalu makan sendirian saja. Memang aku tahu Bapak dan Satria tidak ada lagi di muka bumi ini, tapi apa salahnya aku menganggap kalian berdua ada di dalam hatiku? Apakah kalian berdua selalu menertawakan aku dan menganggapku konyol kalau berpikiran seperti itu?” Sejenak Ibu terdiam, hanya untuk menyambungnya dengan suara bergetar. ”Kadang-kadang aku bermimpi tentang kalian berdua, tetapi kalau terbangun, aku masih juga terkenang-kenang kalian berdua, dengan begitu nyata seolah-olah kalian tidak pernah mati. Impian, kenangan, kenyataan sehari-hari tidak bisa kupisahkan lagi. Jiwa terasa memberat, tapi tubuh serasa melayang-layang…” Lantas nada ucapannya berubah sama sekali, seperti Ibu berada di dunia yang lain. ”…. jauh, jauh, ke langit, mengembara dalam kekelaman semesta, bagaikan jiwa dan tubuh telah terpisah, meski setiap kali tersadar tubuh yang melayang terjerembab, menyatu dengan jiwa terluka, luka sayatan yang panjang dan dalam, seperti palung terpanjang dan terdalam, o palung-palung luka setiap jiwa, palung tanpa dasar yang dalam kekelamannya membara, membara dan menyala-nyala, berkobar menantikan saat membakar dunia…” Ibu mendadak berhenti bicara, berbisik tertahan, memegang kepalanya, menutupi wajahnya. ”Ah! Ya ampun! Jauhkan aku dari dendam!” Namun ia segera melepaskan tangannya. ”Tapi…. bagaimana mungkin aku merasa perlu melupakan semuanya, jika kemarahanku belum juga hilang atas perilaku kurangajar semacam itu.” Nada bicaranya menjadi dingin. ”Menculik anak orang dan membunuhnya. Apakah setiap orang harus kehilangan anggota keluarganya sendiri lebih dulu supaya bisa sama marahnya seperti aku?” Hanya Ibu sendiri di ruangan itu, tetapi Ibu bagaikan merasa banyak orang menontonnya, meski semakin disadarinya betapa ia sungguh-sungguh sendiri. ”Bapak… aku yakin dia ada di sana, karena kusaksikan bagaimana dia dengan tenang meninggalkan dunia yang fana; tetapi aku tidak bisa mendapatkan keyakinan yang sama jika teringat kepada Satria. Memang akalku tidak bisa berpikir lain sekarang, bahwa Satria tentu sudah tidak ada. Tetapi Ibu mana yang kehilangan anak tanpa kejelasan bisa tenang dan bahagia hanya dengan akalnya, tanpa membawa-bawa perasaannya? Bagaimana perasaanku bisa membuatku yakin, jika Satria pada suatu hari memang hilang begitu saja? Ya, begitu saja… Bahkan orang mati saja masih bisa kita lihat jenazahnya!” Seperti masih ada yang disebutnya Bapak di kursi itu, tempat seolah-olah ada seseorang diajaknya bicara. ”Pak, Bapak, apakah Bapak melihat Satria di sana Pak? Apakah Bapak ketemu Satria? Apa cerita dia kepada Bapak? Apakah sekarang Bapak sudah tahu semuanya? Apakah Bapak sekarang sudah mendapat jawaban atas semua pertanyaan-pertanyaan kita?” Namun Ibu segera menoleh ke arah lain. ”Ah! Bapak! Dia sudah tahu semuanya! Tapi aku? Aku tentunya juga harus mati lebih dulu kalau ingin tahu semuanya! Tapi aku masih hidup, dan aku masih tidak tahu apa-apa. Hanya bertanya-tanya. Mencoba menjawab sendiri. Lantas bertanya-tanya lagi. Dulu aku bisa bertanya jawab dengan Bapak. Sekarang aku bertanya jawab sendiri…. ”Tapi apa iya aku sendiri? Apa iya aku masih harus merasa sendiri jika begitu banyak orang yang juga kehilangan? Waktu itu, ya waktu yang seperti takpernah dan takperlu berlalu itu, bukankah ratusan ribu orang juga hilang seketika?” Terdengar dentang jam tua. Tidak jelas jam berapa, tetapi malam bagaikan lebih malam dari malam. Ibu masih berbicara sendiri, dan hanya didengarnya sendiri. ”Bapak, kadang aku seperti melihatnya di sana, di kursi itu, membaca koran, menonton televisi, memberi komentar tentang situasi negeri. Seperti masih selalu duduk di situ Bapak itu, pakai kaos oblong dan sarung, menyeruput teh panas, makan pisang goreng yang disediakan Si Mbok, lantas ngomong tentang dunia. Tapi Si Mbok juga sudah meninggal, menyusul Bapak, menyusul teman-temannya pemain ludruk yang semuanya terbantai dan mayat-mayatnya mengambang di Kali Madiun… ”Sebetulnya memang tidak pernah Bapak itu membicarakan Satria, malah seperti lupa, sampai setahun lamanya, sebelum akhirnya mendadak keluar semua ingatannya pada suatu malam entah karena apa. ”Sudah sepuluh tahun, banyak yang sudah berubah, banyak juga yang tidak pernah berubah.” Di luar rumah, tukang bakmi tek-tek yang dulu-dulu juga, tukang bakmi langganan Satria, lewat. Ibu tampak mengenali, tapi tidak memanggilnya. ”Bagiku Satria masih selalu ada. Tidak pernah ketemu lagi memang. Tapi selalu ada. Memang lain sekali Satria dengan kakak-kakaknya. Dua-duanya tidak mau pulang lagi dari luar negeri, datang menengok cuma hari Lebaran. Yang sulung Si Bowo jadi pialang saham, satunya lagi Si Yanti jadi kurator galeri lukisan, kata Bapak dua-duanya pekerjaan ngibulin orang. ’Ya enggaklah kalau ngibul,’ kataku, ’apa semua orang harus ikut aliran kebatinan seperti Bapak?’. Biasanya Bapak ya cuma cengengesan. Dasar Bapak. Ada saja yang dia omongin itu. ”Aku sendiri rasanya juga sudah mulai pelupa sekarang. Susah rasanya mengingat-ingat apapun. Belakangan sebelum meninggal Bapak juga mulai pikun. Lupa ini-itu. Kacamata terpasang saja dicarinya ke mana-mana…” Ibu tersenyum geli sendiri. ”Tapi ia tidak pernah lupa tentang Satria. Ia selalu bertanya, ’Seperti apa Satria kalau masih hidup sekarang?’, atau ’Sedang apa ya Satria di sana?’, atau kadang-kadang keluar amarahnya: ’Para penculik itu pengecut semuanya! Tidak punya nyali berterus terang! Bisanya membunuh orang sipil tidak bersenjata, sembunyi-sembunyi pula!’ Wajah Ibu kini tampak sendu sekali. Bahkan tokek untuk sementara tidak berani berbunyi. ”Bapak, kenapa kamu tidak pernah muncul dalam mimpiku untuk bercerita tentang Satria? Pasti Satria menceritakan semua hal yang tidak diketahui selama ini, bagaimana dia diperlakukan, dan apa sebenarnya yang telah terjadi. ”Kenapa kamu tidak sekali-sekali muncul Bapak. Muncul dong sekali-sekali Bapak. Duduk di kursi itu seperti biasanya. ”Memang kamu selalu muncul dalam kenanganku Pak, bahkan juga dalam mimpi-mimpiku, tetapi kamu hanya muncul sebagai bayangan yang lewat. Hanya lewat, tanpa senyum, seperti baru menyadari betapa kenyataan begitu buruk. ”Duduklah di situ dan ceritakan semuanya tentang Satria. ”Ceritakanlah semua rahasia….” Ibu masih berbicara, kini seperti kepada seseorang yang tidak kelihatan. ”Kursi itu tetap kosong. Seperti segalanya yang akan tetap tinggal kosong. Apakah semua ini hanya akan menjadi rahasia yang tidak akan pernah kita ketahui isinya? ”Rahasia sejarah. Rahasia kehidupan. ”Tapi ini bukan rahasia kehidupan yang agung itu. ”Ini suatu aib, suatu kejahatan, yang seandainya pun tidak akan pernah terbongkar…. Telepon genggam Ibu berdering. Ibu seperti tersadar dari mimpi. Ibu beranjak mengambil telepon genggam. ”Pasti ibunya Saras lagi,” gumamnya. Tapi rupanya bukan. ”Eh, malah Si Saras.” Ibu mengangkat telepon genggamnya di telinga.

Insomnia

Insomnia Cerpen Anton Kurnia Dimuat di Sinar Harapan 05/02/2002 Senja sedang mekar-mekarnya. Langit yang luas tampak cerah diterangi oleh matahari yang hendak bersembunyi di balik cakrawala. Gumpalan awan putih dan lembut membiaskan cahayanya. Saya sedang duduk sendirian di ruang depan rumah kontrakan, di atas sofa yang sudah usang, asyik menikmati segelas kopi dan sepotong roti untuk sarapan. Saya memang baru bangun tidur dan belum makan apa pun seharian.

Bukan tidur siang, melainkan tidur. Sudah beberapa minggu ini saya menderita semacam insomnia. Saya sulit tidur di malam hari dan setelah nyaris separuh malam berbaring gelisah di atas tempat tidur dengan mata nyalang dan pikiran mengembara ke mana-mana, saya biasanya baru terlelap karena letih dan putus asa di pagi hari. Baru menjelang sore saya terbangun dengan sekujur tubuh pegal-pegal dan seluruh urat syaraf digantungi oleh rasa malas. Begitu pula hari ini.Setelah ke kamar mandi untuk buang air, mencuci muka dan menggosok gigi, lalu menjerang air, menyedu kopi dan mengolesi setangkup roti dengan selai nanas, saya duduk bermalas-malasan di depan televisi yang terletak di ruang depan rumah kontrakan saya. Saya biarkan televisi itu menyala sementara saya memandang lepas ke seberang rumah melalui kaca bening yang lebar dan tertutup tirai transparan sambil mengunyah roti perlahan-lahan. Saya bisa melihat keluar dengan leluasa melalui tirai itu, tetapi mereka yang di luar tak bisa melihat saya. Mereka hanya bisa melihat bayang-bayang yang terpantul pada kaca yang lebar. Dan saya menikmati sepenuhnya keuntungan itu. Sesekali saya menjulurkan kaki ke atas meja dan meregangkan otot-otot tubuh yang jarang digerakkan untuk berolah raga, menguap lebar-lebar dengan merdeka tanpa takut dianggap tidak beradab. Setelah roti habis, saya menyeruput kopi sedikit demi sedikit dan menyalakan sebatang rokok, lalu mengisapnya dengan santai sambil melihat pemandangan di luar: orang-orang yang lalu-lalang, perempuan yang lewat sambil menyusui anaknya, rumah mungil bercat biru di seberang rumah. Rumah kontrakan yang saya tempati terletak di sebuah gang yang padat oleh rumah-rumah penduduk. Di bagian depan rumah itu terdapat sebuah beranda kecil tempat saya menaruh dua buah pot bunga berisi tanaman suflir. Beranda itu berlantai keramik putih, membuatnya tampak indah dan bersih. Kadang-kadang saya mengepel lantai beranda itu malam-malam dan menyirami kedua tanaman di dalam pot apabila saya tidak bisa tidur dan kehabisan gagasan untuk melewatkan waktu setelah semua acara televisi usai dan mata saya sudah terlalu penat untuk digunakan memelototi layar komputer.Suatu kali saya menemukan bahwa lantai keramik yang putih bersih itu dikotori oleh jejak-jejak kaki binatang. Pada mulanya saya biarkan saja dan kotoran itu saya bersihkan tanpa banyak cingcong pada malam harinya saat orang-orang sudah tertidur lelap di rumah masing-masing. Saya tak ingin terlihat sedang mengepel lantai yang dikotori oleh jejak binatang oleh orang lain. Lama-kelamaan, karena binatang itu tidak kapok-kapok juga dan mulai bertindak lebih jauh dengan merusak tanaman suflir kesayangan saya, akhirnya terpaksa saya bertindak tegas. Saya membunuhnya tanpa setahu orang lain. Lalu, bangkainya saya buang ke tempat penampungan sampah, tak jauh dari gang tempat saya tinggal. Saya melakukan semua itu secara diam-diam pada suatu malam, saat saya tak bisa tidur untuk kesekian kalinya. Pada dasarnya saya bukan orang yang suka kekerasan. Namun, bukankah dalam hidup ini kita terkadang mesti melakukan hal-hal yang tidak kita sukai? Saya belum lama menghuni rumah itu. Baru sekitar tiga bulan. Sebelumnya saya tinggal di sebuah tempat yang cukup jauh dari tempat tinggal saya sekarang. Saya memutuskan untuk pindah dari tempat itu karena ongkos sewanya naik cukup tinggi untuk ukuran kantong saya. Rumah ini akhirnya saya pilih sebagai tempat tinggal yang baru karena harga sewanya relatif murah meskipun suasananya terkadang agak bising. Saat itu saya memang sedang tidak punya banyak uang. Sebetulnya rumah ini cukup menyenangkan. Dengan dua buah kamar berukuran mungil yang salah satunya saya jadikan ruang kerja, sebuah beranda di bagian depan dan sepetak halaman di bagian belakang yang bisa saya tanami bunga dan digunakan untuk menjemur cucian, saya cukup leluasa di rumah ini. Toh, saya hanya tinggal sendirian. Kalau pun ada yang agak mengganggu, itu karena rumah ini terletak di sebuah gang yang padat penduduknya dan terkadang agak bising.Saya bisa dibilang tidak bergaul dan amat jarang bertegur sapa dengan orang-orang yang tinggal di sekitar rumah kontrakan saya. Mungkin itu membuat saya tampak aneh di mata mereka. Saya bukan orang yang sombong, tetapi saya juga bukan orang yang senang berhandai-handai. Saya adalah seorang penyendiri. Dan menurut saya itu bukanlah sesuatu yang salah. Toh, saya tidak merugikan siapa pun dengan kesendirian saya itu. Mungkin, dalam hal ini, satu-satunya kesalahan saya adalah karena saya berbeda dengan kebanyakan orang.Walaupun tidak bermusuhan, bisa dibilang saya tak banyak kenal dengan mereka, para tetangga saya itu. Baik orang tua, anak-anak, maupun yang sebaya dengan saya, tidak peduli berjenis kelamin lelaki atau perempuan. Saya sendiri, tentu saja, seorang laki-laki, karena tidak lazim seorang perempuan tinggal sendirian dalam sebuah rumah kontrakan, bangun tidur pada sore hari dan menguap lebar-lebar sambil menjulurkan kaki di atas meja tanpa merasa risih, walaupun bisa saja itu terjadi. Orang-orang yang saya kenal, dan sesekali saya ajak berbincang-bincang sekadarnya, hanyalah Pak RT dan isterinya yang tinggal bersebelahan dengan rumah kontrakan saya sekaligus pemilik rumah yang saya tempati itu. Itu pun kalau ada keperluan yang mendesak, misalnya saat membayar iuran listrik dan air bersih setiap awal bulan karena aliran listrik dan saluran air bersih di rumah kontrakan saya menyatu dengan rumah mereka. Saya tidak tahu persis siapa nama Pak RT yang sebenarnya. Saya memanggilnya begitu karena ia memang biasa dipanggil orang dengan sebutan itu. Ia adalah Ketua RT di daerah tempat tinggal saya. Pak RT tinggal bersama isterinya, saya menyebutnya Bu RT. Mereka tidak mempunyai anak.Saya memang tidak terlalu suka bergaul dengan orang. Saya lebih suka bergaul dengan tanaman, terutama dari jenis bunga-bungaan, karena mereka lebih sabar daripada orang. Lagi pula mereka tidak pernah usil. Itulah sebabnya saya menaruh dua pot bunga berisi tanaman suflir di beranda rumah kontrakan saya dan merasa senang karena bisa menanami halaman belakang rumah itu dengan bunga-bunga: mawar putih dan melati. Saya amat senang menikmati keindahan kuntum-kuntum mawar putih yang sedang merekah. Menurut sebuah buku yang pernah saya baca, mawar putih adalah simbol cinta yang suci. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan cinta yang suci itu, tak jelas benar bagi saya. Tapi sungguh, kuntum-kuntum mawar putih yang sedang merekah memang sedap dipandang. Apalagi apabila kuntum-kuntum bunga itu baru saja disirami dan tetes-tetes air tampak bergulir membasahi kelopaknya. Sering kali pada saat-saat seperti itu, saya teringat pada Tuhan. Dan saya merasa bahagia.Saya juga menyukai harum bunga melati. Aroma bunga itu mengingatkan saya pada ibunda yang telah meninggal dunia. Waktu saya masih kanak-kanak, ibu saya sering menaruh beberapa kuntum bunga melati yang baru dipetik dari halaman rumah di atas tempat tidurnya dan diam-diam saya sering menciumi aromanya yang lembut, yang melekat di atas lapik tempat tidur dan bantal ibu saya. Karena saya adalah seorang penulis yang lebih banyak bekerja di rumah dan hanya sesekali keluar apabila ada keperluan, misalnya mencari buku-buku untuk bahan tulisan ke perpustakaan, mengirim tulisan ke kantor pos, mengambil honor tulisan ke bank atau berbelanja kebutuhan sehari-hari ke mal di pusat kota sambil berjalan-jalan mencari udara segar, maka saya punya banyak waktu untuk bergaul dengan tanaman-tanaman peliharaan saya, sekaligus menikmati keindahannya di sela-sela jam kerja saya. Seperti saat ini, ketika senja sedang mekar-mekarnya.Sambil terus mengisap rokok dengan santai dan membiarkan pikiran melayang-layang mencari ilham untuk ditulis, sepasang mata saya terpaku nanar pada daun-daun suflir berwarna hijau di luar ruangan dengan ujung-ujungnya yang diganduli kantong-kantong spora, melekat pada tangkai-tangkai kehitaman yang lentur berkilat.Sebetulnya saya tidak benar-benar menatap nanar pemandangan di luar. Sesekali sepasang mata saya mencari-cari sesuatu. Sudah tiga hari ini saya tidak melihat perempuan tua penghuni rumah mungil bercat biru muda di seberang rumah kontrakan saya. Padahal, saat senja sedang mekar seperti ini biasanya ia duduk termenung sendirian di atas bangku kayu di depan rumahnya dengan sepasang mata tuanya yang terkadang membuat saya merasa takut. Kadang-kadang ia duduk termenung seperti itu dengan ditemani oleh seekor kucing belang.Menurut Bu RT suatu kali, saat saya berkunjung ke rumahnya untuk membayar iuran listrik dan air bersih, perempuan tua itu tinggal berdua saja dengan anak tunggalnya, seorang perempuan setengah baya yang telah lama bercerai dengan suaminya. Tak jelas mengapa mereka berpisah dan di mana bekas suaminya itu kini berada, tetapi perempuan itu kabarnya bekerja di sebuah pabrik tekstil yang cukup jauh dari tempat tinggal kami. Setiap hari kerja, ia pergi pagi-pagi sekali dan baru pulang menjelang malam, meninggalkan ibunya sendirian. Entah kapan awalnya, tanpa saya sadari, saya jadi sering mengamati perempuan tua itu apabila ia sedang duduk-duduk di depan rumahnya pada saat senja sedang mekar-mekarnya dan kebetulan saya juga sedang duduk di depan televisi yang biasanya tengah menyiarkan berita-berita politik yang membosankan. Mungkin itu terjadi sejak saya mengalami semacam insomnia itu sehingga saya baru bangun tidur pada sore hari dan sarapan tepat saat perempuan tua itu duduk termangu-mangu sendirian di atas bangku kayu di depan rumahnya yang mungil dan bercat biru.Walaupun saya tidak pernah bertegur sapa dengan perempuan tua itu, diam-diam saya senang memperhatikannya. Mungkin karena ia mengingatkan saya pada nenek saya sendiri yang jarang saya temui, atau mungkin karena sebab-sebab lain. Diam-diam saya sering menatapnya dengan penuh rasa ingin tahu dari balik tirai yang menutupi kaca di ruang depan rumah kontrakan saya.Saya bertanya-tanya dalam hati apakah ia merasa kesepian, apakah ia merasa puas dengan hidupnya, atau apakah ia merasa bosan dengan kehidupan yang terus berputar dari itu ke itu juga, sebab pada dasarnya di dunia ini tak ada sesuatu yang benar-benar baru. Tapi saya tak pernah berusaha bertanya padanya. Saya hanya menatapnya diam-diam dari balik kaca pada saat senja sedang mekar. Kini, sudah tiga hari saya tak melihatnya dan diam-diam saya merasa gelisah.Hari segera berlalu dan senja berganti malam. Malam itu seperti biasa saya lewati dengan insomnia. Keesokan harinya saya bangun tidur lebih awal dari biasanya. Matahari sedang mendekati puncaknya saat saya terbangun karena sebuah mimpi buruk. Dalam mimpi itu saya bertemu dengan binatang yang pernah saya bunuh karena mengganggu tanaman kesayangan saya, tetapi tubuhnya besar sekali. Binatang itu mengejar-ngejar saya hingga akhirnya saya tersudut di sebuah lorong buntu. Lalu, tiba-tiba ia berubah menjadi perempuan tua yang sudah berhari-hari tidak saya lihat itu. Sepasang mata tuanya menatap tajam, membuat saya merasa ketakutan. Bibirnya menyeringai, menampakkan sebagian giginya yang telah tanggal. Saya menjerit sejadi-jadinya dan terbangun di atas tempat tidur dengan sekujur tubuh berpeluh.Setelah sadar sepenuhnya, saya segera mandi dan tanpa sempat sarapan saya segera bergegas ke rumah sebelah. Pak RT sedang tak ada di rumah. Dari isterinya akhirnya saya mengetahui kabar tentang perempuan tua yang telah muncul tiba-tiba dalam tidur saya itu.Tidak, tidak. Ia belum mati. Perempuan tua itu hanya tersiksa oleh rasa sepi dan bosan. Sepi dan bosan membuatnya pergi dari kota ini, kembali ke kampung halamannya. Di sini ia tak punya kawan sebaya dan anak perempuannya harus mencari nafkah sepanjang hari, membiarkannya sendiri tanpa teman yang bisa mengerti1. Dulu ia memang pernah punya teman yang sesekali bisa membuatnya betah untuk bertahan2, tapi kini temannya itu telah pergi meninggalkannya tercekam sepi. Mendengar semua itu, tiba-tiba saja saya merasa amat bersalah. Hati saya serasa perih, seolah-olah ada sebatang duri mawar yang tanpa sengaja tertancap di sana tanpa saya bisa melepaskannya. Sayalah yang telah membuat teman perempuan tua itu pergi meninggalkannya. Masih terbayang jelas saat saya membujuknya dengan sekerat dendeng. Tentu saja bukan dendeng sembarangan, melainkan sekerat dendeng beracun. Ya, malam itu saya telah membunuhnya. Saya telah membunuh seekor kucing belang entah peliharaan siapa yang sesekali menjadi pengusir rasa sepi perempuan tua itu. Tapi, sejujurnya, biarpun merasa bersalah, saya tetap tidak menyesalinya. Seperti yang pernah saya bilang, bukankah dalam hidup ini ada kalanya kita harus melakukan sesuatu yang tidak kita inginkan?Hari berlalu begitu lesu. Malam telah larut dan sunyi, bahkan subuh sudah hampir menjelang, tetapi saya belum juga bisa tidur. Saya kembali terserang semacam insomnia. Saya matikan layar komputer, lalu pergi ke kamar mandi untuk mengambil seember air. Dengan penuh kasih sayang saya sirami tanaman suflir di beranda depan rumah kontrakan saya, lantai keramik di beranda itu tampak putih dan bersih, tak ada bekas jejak binatang sedikit pun. Lalu, saya pergi ke halaman belakang. Perlahan-lahan saya sirami rumpun-rumpun mawar putih dan melati yang saya tanam di sebuah sudut. Di bawah cahaya bulan purnama saya menikmati kilauan tetes-tetes air yang jatuh bergulir membasahi kelopak-kelopak bunga mawar yang sebagian sedang mekar, lalu menitik ke bumi melalui tangkainya yang berduri. Samar-samar saya bisa membaui aroma kembang melati yang meruap lembut. Tiba-tiba saja saya teringat pada ibu saya. Saya berhenti menyirami rumpun-rumpun mawar dan bunga melati. Kepala saya menengadah ke langit. Di angkasa yang tinggi saya melihat sepotong bulan yang bulat. Sudah lama sekali saya tidak menatap bulan. Bulan tampak indah jika dipandang dari kejauhan. Dengan mata sedikit terpicing, saya mencoba mengamat-amati bulan itu dengan lebih saksama. Ah, ternyata ibu saya benar. Ketika saya masih kecil, ibu pernah bercerita bahwa jika kita mempunyai setitik saja rasa kasih yang tulus dalam hati kita, maka kita akan bisa melihat bayangan seorang perempuan dan seekor kucing yang sedang bermain-main di bulan yang sedang purnama.3 Dan kini, saya berhasil melihatnya. Untuk pertama kali seumur hidup, saya berhasil melihatnya. Kucing dalam bulan mirip sekali dengan kucing belang yang pernah saya bunuh, tetapi perempuan yang sedang tersenyum itu pastilah bukan perempuan tua yang dulu diam-diam sering saya amat-amati dari balik tirai. Bukan, saya kenal baik dengan senyum itu. Sekuntum senyum yang merekah indah seperti kelopak-kelopak mawar putih itu adalah seulas senyum milik ibu saya.Wuthering House, 8 Juli 2001Catatan:1 Berdasarkan lirik lagu pop ciptaan Virgiawan Listanto alias Iwan Fals, Belum Ada Judul (1992).2 Mengutip kata-kata dalam sajak berjudul Melodia karya penyair misterius bekas Presiden Malioboro, Umbu Landu Paranggi. Kalimat sesungguhnya adalah, ”Cintalah yang sesekali membuat kita betah untuk bertahan…”3 Dalam mitologi Sunda yang diceritakan secara turun-temurun, terdapat kisah tentang seorang perempuan yang menghuni bulan bersama seekor kucing. Keduanya konon bisa terlihat dari bumi pada saat bulan sedang purnama.